Jumat 02 Oct 2020 10:40 WIB

Macron Tuduh Turki Kirim Milisi Suriah Bantu Azerbaijan

Turki dan Azerbaijan telah membantah tuduhan Macron.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Foto: EPA-EFE/MURTAJA LATEEF
Presiden Prancis Emmanuel Macron.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menuduh Turki mengirim milisi Suriah untuk berperang dalam konflik Nagorno-Karabakh, Kamis (1/10). Turki yang merupakan sekutu dekat Azerbaijan membantah mengirim tentara bayaran untuk ambil bagian dalam pertempuran itu.

"Kami sekarang memiliki informasi yang menunjukkan bahwa pejuang Suriah dari kelompok milisi telah (transit) melalui Gaziantep (Turki tenggara) untuk mencapai operasi Nagorno-Karabakh," kata Macron setibanya di pertemuan Uni Eropa di Brussels.

Baca Juga

Macron menyatakan, kondisi ini menjadi fakta baru yang harus ditanggapi secara serius. Dengan turunnya milisi Suriah pada konflik Azerbaijan dengan Armenia, maka akan mengubah situasi yang ada.

Pertempuran pecah pekan lalu di wilayah yang masuk bagian Azerbaijan, namun diduduki oleh sebagian besar penduduknya etnis Armenia. Kondisi ini mencapai tingkat paling serius sejak perang pada 1990-an.

Sebelum tuduhan Macron terhadap Turki, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat menyerukan gencatan senjata segera dalam konflik itu. Ketiga negara tersebut pencetus Group Minsk dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama (OSCE) yang didirikan pada 1992 untuk menengahi resolusi damai atas daerah yang disengketakan.

Kantor Macron mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia telah membahas masalah tersebut sebagai bagian dari upaya untuk mencapai gencatan senjata dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, selama panggilan telepon. "Mereka juga berbagi keprihatinan mereka tentang pengiriman tentara bayaran Suriah oleh Turki ke Nagorno-Karabakh," katanya.

Duta Besar Armenia untuk Moskow mengatakan pada Senin bahwa Turki telah mengirim sekitar 4.000 pejuang dari Suriah utara ke Azerbaijan dan bahwa mereka bertempur di sana. Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan, pejuang Suriah dan Libya dari kelompok bersenjata ilegal telah dikirim ke Nagorno-Karabakh. Tapi, klaim ini dibantah oleh seorang ajudan Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, dan pemerintah Turki.

Rusia memiliki pangkalan militer di Armenia dan menganggapnya sebagai sekutu strategis. Sedangkan populasi warga Prancis mencakup sekitar 600.000 orang asal Armenia.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement