REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN -- Armenia mengatakan telah menarik duta besarnya untuk Israel untuk konsultasi mengenai penjualan senjata negara itu ke Azerbaijan, Kamis (1/10). Azerbaijan sebelumnya telah mengakui menggunakan senjata buatan Israel dalam pertempurannya dengan pasukan etnis Armenia di sekitar Nagorno-Karabakh.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Armenia, Anna Naghdalyan, menyatakan protes ekspor senjata Israel. "Gaya kerja Israel tidak dapat diterima. Kementerian harus menarik kembali duta besarnya di Israel," katanya.
Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan, menyesali keputusan Armenia yang menarik duta besarnya. "Israel mementingkan hubungan kami dengan Armenia dan melihat Kedutaan Besar Armenia di Israel sebagai alat penting untuk mempromosikan hubungan tersebut untuk kepentingan kedua bangsa," kata pernyataan lembaga itu.
Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), sebuah lembaga pemikir konflik dan persenjataan terkemuka, Israel memberi Azerbaijan senjata sekitar 825 juta dolar AS antara 2006 hingga 2019. Ekspor tersebut termasuk drone, loitering munitions, rudal anti-tank, dan sistem rudal permukaan-ke-udara.
Secara terpisah, dalam wawancara video dengan situs berita Israel Walla pada Rabu (30/9), ajudan presiden Azerbaijan, Azeri Hikmat Hajiyev, mengatakan Azerbaijan menggunakan beberapa drone buatan Israel dalam pertempuran di sekitar Nagorno-Karabakh. Dia tidak menyebutkan jumlah armada yang diturunkan.
"(Kami) memiliki salah satu armada (drone) terkuat di wilayah tersebut. Dan di antara mereka kami memiliki drone Israel, kami memiliki drone lain juga, tetapi drone Israel khususnya, termasuk drone pengintai dan penyerang, dan drone 'Harop' kamikaze, (yang) telah terbukti sangat efektif," kata Hajiyev.