Jumat 02 Oct 2020 12:53 WIB

Kemenag Evaluasi Belajar Tatap Muka Pesantren di Bandung

Terdapat klaster pesantren di Tasikmalaya dan Kuningan.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Ani Nursalikah
Kemenag Evaluasi Belajar Tatap Muka Pesantren di Bandung. Petugas kesehatan melakukan pengambilan sampel tes usap/ SWAB di Pondok Pesantren. Ilustrasi
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Kemenag Evaluasi Belajar Tatap Muka Pesantren di Bandung. Petugas kesehatan melakukan pengambilan sampel tes usap/ SWAB di Pondok Pesantren. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kementerian Agama (Kemenag) Kota Bandung akan mengevaluasi dan meninjau ulang kegiatan belajar mengajar tatap muka yang sudah dilaksanakan oleh empat pesantren beberapa waktu lalu. Peninjauan dilakukan akibat munculnya klaster baru penyebaran virus corona di pesantren Tasikmalaya dan Kuningan.

Humas Kemenag Kota Bandung, Agus Saparudin mengatakan, saat ini sekitar empat pesantren yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka. Dia akan menunggu hasil peninjauan ulang yang dilakukan Kemenang Jabar.

Baca Juga

"Iya, akan ditinjau ulang, hasil keputusan nanti arahan dan pertimbangan Kanwil Kemenag Jabar," ujarnya, Jumat (2/10).

Dia mengatakan dari 150 pesantren di Kota Bandung, yang mondok hanya 30 persen. Menurutnya, keputusan menghentikan kegiatan belajar tatap muka di Kota Bandung akan mengacu kepada pertimbangan Kanwil Kemenag Jabar dan arahan Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruhzanul Ulum. Menurutnya, jika hasil arahan adalah dihentikan, ia akan meminta kegiatan belajar mengajar di pesantren dihentikan.

"Kalau sesuai dengan statemen Pak Wagub harus dihentikan dulu, ya kita hentikan," katanya. Namun, ia mengatakan jika tetap diperbolehkan belajar tatap muka dengan protokol kesehatan yang ketat, ia akan melaksanakan.

Agus menambahkan, Kanwil Kemenag Jabar hari ini akan menggelar pertemuan dengan Kemenag tingkat kabupaten dan kota untuk membahas sikap terkait penyebaran virus corona di pesantren di Tasikmalaya serta Kuningan. Hari santri nasional juga masuk dalam agenda pembahasan.

Ia mengaku belum memiliki rencana terkait hari santri nasional disebabkan faktor pandemi Covid-19. Katanya, yang harus diutamakan adalah pesantren jangan sampai menjadi klaster penyebaran Covid-19.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement