Jumat 02 Oct 2020 13:54 WIB

H&M akan Tutup 250 Toko demi Beralih ke Penjualan Online

Perolehan laba sebelum pajak H&M selama sembilan bulan pertama 2020 turun.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Logo ritel fashion H&M
Foto: H&M
Logo ritel fashion H&M

REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Toko ritel fesyen terbesar kedua di dunia, H&M Swedia, mengatakan akan memangkas 250 tokonya secara global. Penutupan akan dilakukan mulai tahun depan setelah perusahaan bakal lebih memfokuskan penjualan online.

Seperti dilansir dari BBC, Jumat (2/10), kendati penjualan disebut terus memulih pada September lalu, tren masih lebih rendah 5 persen dari posisi yang ama tahun lalu. Diketahui, H&M memiliki 5.000 jaringan toko di seluruh dunia.

Baca Juga

Perusahaan menyebut terlalu dini bagi H&M untuk memerinci penutupan tersebut karena jumlahnya tentu akan berbeda-beda di setiap wilayah.

H&M memiliki hak kontrak untuk menegosiasikan ulang atau mengakhiri sewa di sekitar seperempat tokonya setiap tahun. Perusahaan mengatakan bahwa mereka merencanakan penurunan bersih sekitar 250 toko tahun tahun depan.

Adapun untuk laba sebelum pajak turun menjadi 2,37 miliar krona Swedia (210 juta euro) selama sembilan bulan hingga 31 Agustus 2020. Angka itu dinilai  lebih baik dari perkiraan para analis.

Namun, dikatakan 166 tokonya di seluruh dunia tetap tutup, dan sejumlah besar masih memiliki batasan lokal dan jam buka terbatas.

Analis Richard Lim dari Retail Economics mengatakan kepada BBC, "Apa yang kami lihat secara umum selama beberapa bulan terakhir dari pandemi adalah perubahan langkah dalam jumlah penjualan yang online. Itu telah mempengaruhi semua bagian industri, tetapi khususnya pakaian dan alas kaki," katanya.

Ia juga mengatakan, konsumen yang secara fisik mengunjungi toko untuk berbelanja, telah terjadi perpindahan dari High Streets dan pusat perbelanjaan ke arah retail park.

"Orang-orang dapat masuk ke dalam mobil mereka daripada menggunakan transportasi umum, dan mereka juga dapat membeli dalam jumlah yang lebih besar di taman ritel," kata Lim.

H&M mengatakan sekarang akan mempercepat rencananya untuk meningkatkan investasi digital untuk mengatasi permintaan online yang terus meningkat.

Perusahaan yang berbasis di Stockholm itu mengatakan telah mengambil tindakan cepat dan tegas untuk mengelola dampak virus korona, termasuk perubahan pada pembelian, investasi, sewa, kepegawaian dan pembiayaan.

Kepala eksekutif Helena Helmersson menambahkan, meskipun tantangan masih jauh dari selesai, pihaknya percaya bahwa yang terburuk ada di belakang perusahaan dan akan berada di posisi yang tepat untuk keluar dari krisis dengan lebih kuat.

Sofie Willmott, dari firma analitik GlobalData, menunjukkan bahwa penjualan H&M pada bulan September turun hanya 5 persen yang menunjukkan relevansi penawaran produknya karena pembeli mulai merasa lebih percaya diri untuk kembali ke toko.

Namun, dia mengatakan perusahaan harus meningkatkan proposisi online-nya mengingat pentingnya saluran digital, untuk berhasil di pasar yang sangat sulit.

Selain itu, ia mengatakan H&M harus mempertimbangkan perubahan yang lebih signifikan sehubungan dengan penutupan toko, atau akan terus terhalang oleh properti toko yang berlebihan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement