REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Ajudan presiden Azerbaijan, Azeri Hikmat Hajiyev, mengatakan Azerbaijan menggunakan beberapa pesawar nirawak atau drone buatan Israel dalam pertempuran di sekitar Nagorno-Karabakh. Dia tidak menyebutkan jumlah armada yang diturunkan.
Dalam wawancara video dengan situs berita Israel Wall pada Rabu (30/9), Hajiyev menekankan negaranya memiliki armada pesawat nirawak terkuat yang turun di wilayah konflik dengan Armenia. Salah satu drone tersebut secara terang-terangan diakuinya berasal dari Isarel.
"(Kami) memiliki salah satu armada (drone) terkuat di wilayah tersebut. Dan di antara mereka kami memiliki drone Israel, kami memiliki drone lain juga, tetapi drone Israel khususnya, termasuk drone pengintai dan penyerang, dan drone 'Harop' kamikaze, (yang) telah terbukti sangat efektif," kata Hajiyev.
Menggunakan armada Israel ini membuat Armenia meradang. Negara ini memutuskan untuk menarik Duta Besar untuk Israel pada Kamis (1/10).
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Armenia, Anna Naghdalyan, menyatakann protes ekspor senjata Israel. "Gaya kerja Israel tidak dapat diterima. Kementerian harus menarik kembali duta besarnya di Israel," katanya.
Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), sebuah lembaga pemikir konflik dan persenjataan terkemuka, Israel memberi Azerbaijan senjata sekitar 825 juta dolar AS antara 2006 hingga 2019. Ekspor tersebut termasuk drone, loitering munitions, rudal anti-tank, dan sistem rudal permukaan-ke-udara.