REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta diminta untuk mengantisipasi kenaikan kasus positif Covid-19. Hal ini disampaikan anggota Komisi A DPRD Kota Yogyakarta, Triyono Hari Kuncoro.
Kuncoro menuturkan, antisipasi dilakukan dengan menambah shelter di Kota Yogyakarta. Saat ini hanya ada satu shelter yakni Shelter Tegalrejo yang digunakan sebagai tempat isolasi bagi kasus Covid-19 yang tanpa gejala (OTG). "Bikin antisipasi yang cukup, ada atau tidak adanya (tambahan kasus positif), kita sudah siap," katanya saat berkunjung ke Kantor Republika Perwakilan DIY, Yogyakarta, Kamis (1/10).
Seperti diketahui, Shelter Tegalrejo baru difungsikan pada 22 September 2020 lalu. Sementara, kasus positif di Kota Yogyakarta melonjak pada Agustus 2020. Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan sebelumnya, sebagian besar kasus positif di Yogyakarta merupakan OTG. Namun, sebagian besar OTG ini hanya menjalani isolasi di rumah sebelum difungsikannya Shelter Tegalrejo.
Walaupun sudah difungsikan, tidak semua OTG yang akan ditempatkan di shelter tersebut. "Semua yang masuk (shelter) adalah permintaan dari lurah atau camat. Pasti yang pertama atas pertimbangan gugus tugas kecamatan yang tidak bisa melakukan isolasi mandiri di rumah atau tempat isolasinya," kata Heroe beberapa waktu lalu.
Shelter Tegalrejo ini sendiri dapat menampung 84 OTG di Kota Yogyakarta. Walaupun begitu, Pemkot Yogyakarta juga mencari shelter lainnya untuk tenaga kesehatan. Masyarakat juga diingatkan untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dengan menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan memakai sabun (3M) saat beraktivitas.
"Kami sudah menjajaki adanya beberapa shelter lagi yang mungkin kita akan buat untuk penanganan Covid-19. (Seperti) shelter di Umbulharjo, Nitikan dan sebagainya untuk tenaga kesehatan dan seterusnya," kata Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti.