REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Allah memuliakan faktor kekayaan keluarga Nabi Muhammad Saw. Caranya adalah dengan menolak terlebih dahulu apa yang akan mereka berikan kepada Rasulullah, lantas seperti apa kekayaan buyut Nabi SAW?
Dalam buku Harta Nabi karya Abdul Fattah As-Samman dijelaskan, Hasyim bin Abdul Manaf sebagai kakek buyut Nabi pernah menjabat sebagai kepala departemen pengairan dan departemen logistik. Dialah orang pertama yang merintis jalur sutera di musim dingin dan musim panas.
Kemudian kakek Nabi, Abdul Muthallib bin Hasyim melanjutkan kebijakan ayah dan kakeknya. Dia menebus Abdullah anaknya dengan seratus unta dan meminta untanya sebanyak 200 ekor kepada Raja Abrahah dari Habasyah agar dikembalikan kepadanya.
Sedangkan ayah Nabi, Abdullah bin Abdul Muthallib, dikenal sebagai seorang saudagar terkemuka. Dia kemudian meninggal ketika sedang menjalankan usaha dagangnya. Lalu kakek Nabi, Abu Thalib bin Abdul Muthallin yang juga merupakan seorang saudagar. Dia lah pemilik Asy-Syi’bi (jalan setapak di bukit/di antara dua bukit).
Tak hanya itu, paman Nabi lainnya yakni Al-Abbas bin Abdul Muthallib memiliki ibu yang menyelimutkan kain sutera pada Ka’bah karena bernadzar ketika Al-Abbas hilang. Al-Abbas pun mendapat kehormatan memimpin departemen pengairan dan pembangunan pada masa jahiliyah. Al-Abbas dan Rasulullah merupakan orang terkaya dari Bani Hasyim.