Sabtu 03 Oct 2020 19:33 WIB

Alquran tak Menjadi Beban Bagi Manusia

Alquran selaras dengan fitrah manusia.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Alquran tak Menjadi Beban Bagi Manusia. Foto: Ilustrasi Alquran
Foto: pxhere
Alquran tak Menjadi Beban Bagi Manusia. Foto: Ilustrasi Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan pedoman hidup manusia. Tentunya sebagai pedoman, Alquran tidak menjadi beban bagi manusia yang memedomaninya.

"Dari sisi sosial, mukjizat Alquran mempunyai beberapa makna. Di antara maknanya yang utama adalah Alquran pastilah kandungannya selaras dengan fitrah manusia," kata Peneliti Rumah Fiqih Ustaz Ahmad Zarkasih, melalui kajian virtual belum lama ini.

Salah satu fungsi I’jaz Alquran adalah sebagai bukti bahwa Alquran bukanlah buatan manusia, ia bebas dari interversi manusia. Kemurniannya yang mutlak turun dari tuhan, memberikan kepastian bahwa apa-apa yang terkandung di dalamnya pastilah sesuai dengan apa yang jadi kebutuhan manusia.

"Karena manusia seluruhnya adalah ciptaanNya, maka tidak mungkin wahyu yang diturunkan bertentangann dengan fitrah manusia sebagai makhlukNya," katanya.

Dan mukjizat ini, karena memang ia diturunakn oleh sang Khaliq, makjizat Alquran itu mencakup ranah sosial di setiap levelnya, mulai dari level masyarakat atau komunitas besar, level sosial kecil, yakni keluarga sampai level private yakni personal setiap kita.

Ustaz Ahmad menyampaikan, bahwa kita bisa melihat sejak 14 abad yang lalu, Alquran sudah datang dengan aturan haramnya dan riba bagi para pemeluknya, karena setiap generasi sejarah paham bahwa riba adalah musuh sosial yang paling beringas.

"Bukan hanya memiskinkan, riba itu bisa membuat orang merdeka menjadi budak. Dan al-Quran datang menolak itu dengan mukjizatnya," katanya.

Di mana kata dia, orang-orang ketika itu masih berfikir untuk mendapatkan keuntungan dari kelemahan orang lain, bahkan sampai sekarang Alquran datang dengan pemikiran yang berbeda, bahwa setiap kita tidak diperkenankan untuk menzalimi orang lain.

"Apalagi dalam kesusahannya," katanya.

Kita juga sepertinya sepakat bahwa datangnya syariat hijab bagi wanita dari Alquran 14 abad lalu itu betul-betul berguna bagi kehidupan sosial kita. Mukjizat Alquran yang satu ini membuat wanita muslimah terjaga kehormatannya yang mana sebelum Islam datang, wanita tidak punya kehormatan dan para laki-laki pun terjaga pandangannya.

Ia melanjutkan, bahwa kita jangan lupa, bahwa Alquran lah yang mengenalkan syariat Qishah, bukan hanya soal nyawa, akan tetapi untuk semua anggota tubuh yang tersakiti. Bagian tubuh mana yang dizalimi, di situ ada qishashnya. "Dan ini baik baik keberlangsungan kehidupan sosial," katanya.

Menurut dia, dengan adanya syariat ini setiap kita terjaga dari keangkuhan orang lain, karena orang yang akan melakukan aniaya akan berfikir sekian kali, sebab dengan aniaya yang dilakukan, ia akan mendapatkan hukuman yang setimpal.

"Dengan demikian, kehidupan sosial berjalan dengan baik, tanpa ada yang tersakiti," katanya.

Secara umum, makna sosial dari mukjizat Alquran adalah jaminan kehidupan yang harmoni, yang di dalamnya ada keadilan yang makmur dan kemakmuran yang adil. Al-Quran datang dengan aturan untuk berkehidupan yang harmoni.

"Tidak hanya sekedar untuk diri sendiri dan keluarga, akan tetapi jauh lebih besar dari itu untuk komintas besar sebasar Negara bahkan peradaban dunia. Wallahu a’lam," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement