Sabtu 03 Oct 2020 18:54 WIB

Ilmuwan Temukan Penguin Terkubur Ratusan Tahun di Antartika

Mumi pengin diketahui lantaran salju yang mencair di Antartika.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Penguin Adelie
Foto: Reuters
Penguin Adelie

REPUBLIKA.CO.ID, ANTARTIKA -- Ilmuwan menemukan koloni mumi penguin Adelie di Antartika. Kemunculan mumi penguin ini diketahui lantaran salju Antartika yang mencair. Mumi ini terkubur di salju selama berabad-abad.

Pada Januari  2016 lalu, ahli burung di University of North Carolina, Wilmington Steven Emslie menyelesaikan kegiatan mempelajari koloni penguin yang tinggal di dekat Stasiun Zucchelli, pangkalan Italia di Antartika. Ia kemudian menambah beberapa hari untuk pergi menjelajah daerah lain.

Baca Juga

Emslie telah mendengar desas-desus tentang penguin guano di tanjung berbatu di sepanjang Pantai Scott. Namun, tidak mengetahui koloni aktif di sana. Ia melihat-lihat daerah itu dengan helikopter.

Emslie menemukan sesuatu yang menarik ketika tiba. Dia menemukan kerikil di mana-mana.

Kerikil adalah benda yang dapat ditemukan sehari-hari di benua lain, tetapi jarang ditemukan kerikil dalam jumlah besar di lahan kering di Antartika. Pengecualian utama ditemukan di koloni penguin Adelie, saat mereka mengumpulkan batu-batu kecil dari pantai untuk membangun sarang.

Dilansir dari New York Times, Sabtu (3/10), kerikil telah dikumpulkan menjadi sarang dan baru-baru ini sedikit tersebar karena cuaca. Setelah menganalisis penanggalan karbon, tanggal kematian penguin berkisar dari 800 hingga 5.000 tahun yang lalu.

Emslie segera menyadari guano, bulu, tulang dan kerikil semuanya berada di lapisan es selama berabad-abad. Penguin yang terlihat “baru saja mati” sebenarnya, adalah mumi yang baru saja dicairkan dan telah berada di hamparan salju sejak lama.

Emslie berspekulasi dalam jurnal Geology yang diterbitkan pertengahan September ini, bahwa suhu yang mendingin mendorong sejenis es laut terbentuk di sepanjang pantai yang bertahan hingga bulan-bulan musim panas. Dikenal sebagai “es cepat” karena mengikat ke garis pantai, es laut ini membuat penguin sangat sulit untuk mendapatkan akses ke pantai dan mencegah mereka menjajah tempat di mana ia berada.

Emslie mengatakan ia mengira es memaksa koloni itu ditinggalkan. Dia juga menyarankan suhu yang memanas mungkin mengubah banyak hal di tahun-tahun mendatang.

Dengan mencairnya es Antartika dan permukaan laut naik, koloni penguin yang sudah stabil terpaksa menyebar ke tempat-tempat baru. Emslie menyarankan agar penguin dapat kembali ke situs seperti ini.

“Mereka membutuhkan kerikil untuk sarang mereka, jadi mereka akan menemukan kerikil yang sudah ada di tanah di lokasi ini sangat menarik. Saya tidak akan terkejut melihat mereka menjadikan tempat ini rumah mereka lagi dalam waktu dekat,” ujarnya.

Seorang ahli ekologi penguin di HT Harvey & Associates, David Ainley mengatakan pihaknya selalu mengira penguin Adelie membawa dorongan kuat untuk kembali ke tempat bersarang mereka. Ia menuturkan penguin tersebut sebenarnya cukup mudah beradaptasi, seperti yang ditunjukkan oleh beberapa bencana es yang runtuh baru-baru ini.

“Kami telah melihat Adelie akan menjelajahi pantai dalam kawanan kecil dan jika mereka menemukan situs yang tampak menjanjikan seperti ini, mereka akan menjadikannya rumah mereka,” kata Ainley.

Sebelumnya, Perwira Angkatan Laut Kerajaan Robert Falcon Scott  dan penjelajah Ernest Shackleton menjelajahi daerah itu lebih dari 100 tahun yang lalu dan belum menulis tentang penguin di situs tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement