REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Menteri Pertahanan (Menhan) RI, Ryamizard Ryacudu menyoroti bobroknya moralitas anak muda Indonesia pada diskusi Rekat bertajuk "Doa dan Harapan untuk Negeri" di Jakarta Pusat, Sabtu (3/10). Menurut dia, bobroknya moral itu dapat dilihat dari sejumlah kasus anak muda Indonesia yang bersikap angkuh dan cenderung tidak menghormati orang tuanya sendiri.
Ryamizard menjelaskan, penyebab moralitas anak muda Indonesia yang kurang baik tersebut karena pemahaman agama dan budi pekerti tidak ditanamkan sejak dini. "Jadi kalau kita menanamkan pohon lurus, terus kemudian bengkok-bengkok. Kalau sudah bengkok dan dipaksa lurus, patah itu. Jadi tidak nyambung itu. Harus ada yang mengikat. Ikatannya siapa, satu agama, yang kedua budi pekerti," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Ahad (4/10).
Karena itu, menurut dia, pemahaman agama dan budi pekerti harus ditanamkan kepada anak-anak muda sejak mereka mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar (SD). Karena, menurut dia, pemahaman agama dan budi pekerti tersebut sangat penting untuk masa depan anak itu sendiri.
"Jadi milenial ini harus diikat dengan agama dan budi pekerti sejak kelas satu SD insya Allah milenial akan lurus dan baik, baik bagi negara dan bangsa ini. Dan yang paling penting adalah baik untuk Allah Swt," katanya.
Ryamizard mengatakan, banyak anak muda Indonesia yang semakin mudah bertindak kriminal, seperti pembunuhan dan kasus kekerasan lannya. Menurut dia, tindakan mereka itu lebih kejam daripada zaman jahiliyah, sehingga sangat memprihatikan di negara ini.
"Zaman jahiliyah bunuh-bunuhan anak perempuan segala macam begitu. Tapi kalau sekarang ini lebih. Kenapa? Saya sudah tiga kali melihat di majalah atau di televisi seorang anak ketahuan merampok bapaknya dibunuh, ibunya dibunuh, adik-adiknya dibunuh. Itu zaman dulu enggak ada begitu," jelasnya.
Karena itu, dia berharap pemahaman keagamaan dan budi pekerti bisa diajarkan kepada anak-anak Indonesia lebih dalam lagi. Selain anak-anak lebih terdidik, hal ini juga untuk mencegah adanya potensi anak muda bertindak kriminal dan menghormati orang tua serta masyarakat lainnya.
"Kalau orang kita punya adab jadi orang yang beradab. Orang yang tidak punya adab itu kan biadab. Nah kita orang yang beradab. Mudah-mudahan kita dan bangsa ini ke depan bisa lebih beradab. Insya Allah Tuhan akan memberikan jalan yang lurus kepada bangsa dan negara ini," katanya.
Ketua Forum Rekat Anak Bangsa, Eka Gumilar menjelaskan, bahwa diskusi "Doa dan Harapan untuk Negeri" ini terselenggara karena semangat dan kepedulian Ryamizard terhadap kondisi negara ini. Karena itu, dalam diskusi ini diundang para tokoh dari politisi, budayawan, maupun dari kalangan ulama.
"Pertemuan ini bisa terlaksana karena semangat beliau (Ryamizard). Saya ingin berbagi sama bapak dan ibu sekalian, jangan pernah berhenti kita berharap sampai betual-betul bangsa kita ini menjadi bangsa yag maju dan bangsa yang bermartabat," katanya.
Acara itu dihadiri oleh Muzakir Manaf dari Aceh, Prof Muh Asdar dari Sulawesi Selatan, Wasekjen MUI Ustadz Zaitun Rasmin, Budayawan Ridwan Saidi, Perwakilan PA 212, Politisi PKS Mardani Ali Sera, Adhie Massardi, KH. Abah Roudh Bahar, Ustadz Haikal Hassan bersama Sekretaris Jenderal Forum Rekat Indonesia, Fristian Griec dan tokoh-tokoh lainnya.