Ahad 04 Oct 2020 16:51 WIB

Fatah Kecam Penangkapan Pemimpin Hamas oleh Israel

Penangkapan pemimpin Hamas dinilai jadi upaya gagalkan rekonsiliasi Palestina

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Hamas-Fatah
Foto: IST
Hamas-Fatah

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif Fatah Jibril Rajoub mengecam tindakan Israel menangkap pemimpin senior Hamas Sheikh Hassan Yousef (65 tahun) di kota Beitonya, Tepi Barat, pada Jumat (2/10) lalu. Menurut dia, itu merupakan sebuah upaya untuk menghambat dan menggagalkan proses rekonsiliasi internal Palestina.

"(Penangkapan Sheikh Hassan) adalah upaya untuk menggagalkan upaya persatuan nasional," ujar Rajoub dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Middle East Monitor pada Sabtu (3/10).

Baca Juga

Dia menyerukan agar Israel segera membebaskan Sheikh Hassan. "(Penahanan Sheikh Hassan) adalah resistensi kebijakan penjajahan atas penahanan puluhan warga Palestina setiap hari dan kelanjutan dari agresi Israel selama puluhan tahun terhadap rakyat Palestina," ucapnya.

Sheikh Hassan Yousef ditangkap pada Jumat dini hari. Kediamannya digerebek pasukan keamanan Israel. Menurut sumber keamanan, setelah dibekuk, dia dikirim ke Penjara Ofer. Sheikh Hassan baru saja dibebaskan pada Juli lalu setelah menjalani 15 bulan penahanan administratif.

Sheikh Hassan, yang merupakan anggota parlemen Palestina, menghabiskan total 21 tahun di penjara, kebanyakan di bawah penahanan administratif. Pemimpin senior Hamas itu menderita beberapa penyakit kronis, termasuk hipertensi dan diabetes. Oleh sebab itu, dia membutuhkan perawatan medis yang berkelanjutan.

Pada 27 September lalu, delegasi Hamas dan Fatah melakukan pertemuan di Kairo, Mesir, untuk membahas tentang rekonsiliasi serta perhelatan pemilu nasional Palestina. Hamas dan Fatah telah sepakat untuk menyelenggarakan pemilu sebagai upaya penyelesaian friksi internal negara tersebut. Pemungutan suara diharapkan dapat dilakukan dalam enam bulan mendatang.

Perselisihan antara Hamas dan Fatah telah berlangsung sejak 2006, tepatnya ketika Hamas memenangkan pemilu parlemen. Fatah menolak dan memboikot hasil tersebut. Hamas kemudian mendepak Fatah dari Jalur Gaza. Sejak saat itu, kedua faksi tersebut memimpin dua wilayah yang berbeda. Hamas mengontrol Gaza dan Fatah memimpin Tepi Barat.

Beberapa upaya rekonsiliasi untuk memulihkan hubungan antara kedua faksi telah dilakukan. Namun, usaha tersebut gagal karena Hamas selalu mengajukan syarat-syarat tertentu kepada Otoritas Palestina bila hendak berdamai.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement