Ahad 04 Oct 2020 16:55 WIB

Peringatan Tsunami Pantai Selatan Tasikmalaya tak Berfungsi

Satu EWS tsunami di Pantai Cipatujah Tasikmalaya tidak lagi berfungsi

Rep: Bayu Adji Prihammanda/ Red: Nur Aini
teknologi dini deteksi tsunami di Indonesia.
Foto: Republika
teknologi dini deteksi tsunami di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya menyebutkan, saat ini tidak memiliki sistem peringatan dini (early warning system/EWS) bencana tsunami yang berfungsi di wilayah selatan daerah itu. Satu-satunya EWS yang pernah dipasang di Pantai Cipatujah sudah dalam keadaan rusak.

Pelaksana tugas Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Nuraedidin mengatakan, EWS pernah dipasang di Pantai Cipatujah setelah terjadinya bencana tsunami di wilayah Pangandaran pada 2006. Namun, alat itu kini tak lagi berfungsi.

Baca Juga

"Saat ini sama sekali belum ada. Pernah ada satu di Cipatujah, tapi tak lagi berfungsi," kata dia kepada Republika.co.id, Ahad (4/10).

Ia menambahkan, BPBD telah diminta untuk melakukan pendataan kebutuhan EWS di wilayah selatan Kabupaten Tasikmalaya oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Berdasarkan hasil pendataan itu, dibutuhkan setidaknya empat unit EWS di wilayah itu. 

Menurut Nuraedidin, pihaknya sudah mengajukan permohonan ke BNPB agar di selatan Tasikmalaya dipasang EWS. Dengan begitu, ketika terjadi bencana tsunami, ada peringatan dini untuk masyarakat agar dapat menyelamatkan diri.

"Kita minta tiga atau empat EWS dipasang di sana. Wilayah pesisir kita ada 53 kilometer. Jadi idealnya memang empat unit EWS," kata dia.

Dari sisi kesiapsiagaan yang lain, Nuraedidin mengatakan, BPBD juga telah menyiapkan rambu-rambu untuk evakuasi ketika bencana itu terjadi. Selain itu, kata dia, pihaknya juga senantiasa memberikan informasi kepada rekan-rekan di wilayah selatan, baik kepada nelayan dan masyarakat. 

"Kita juga terus berikan edukasi kepada mereka agar mereka tetap waspada. Karena bencana ini tak bisa diprediksi," kata dia.

Sementara itu di Garut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut telah menggelar rapat koordinasi untuk melakukan antisipasi bencana gempa bumi mgathrust dan tsunami. Berdasarkan hasil rapat koordinasi itu, disimpulkan terdapat tujuh kecamatan dan 22 desa yang berpotensi terdampak jika terjadi gempa bumi dengan Magnitudo 9,1 yang dapat memicu tsunami hingga 20 meter.

Wilayah itu adalah lima desa di Kecamatan Cibalong, empat desa di Kecamatan Pameungpeuk, empat desa di Kecamatan Cikelet, dan tiga desa di Kecamatan Mekarmukti. Selain itu, satu desa di Kecamatan Karangsari, serta empat desa di Kecamatan Caringin. 

Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman mengingatkan, agar masyarakat tetap waspadai adanya bencana alam. Termasuk di masa pandemi Covid-19, kesiapsiagaan terhadap kejadian bencana alam harus terus dilakukan.

"Untuk itu kita sebagai hamba-Nya harus tetap sabar, berdoa, tetap tenang dan waspada terhadap berbagai kemungkinan. Insyaallah ada hal baik yang Allah tetapkan untuk hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa,” kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement