REPUBLIKA.CO.ID,STEPANAKERT -- Ledakan dahsyat terdengar di pusat kota Stepanakert, ibu kota wilayah Nagorno-Karabakh, pada Sabtu (3/10) pagi. Kementerian Pertahanan Armenia mengatakan bahwa baku tembak dengan pasukan Azerbaijan berlanjut di jalur kontak di Nagorno-Karabakh.
Laporan Sputnik menyatakan, ledakan itu terjadi setelah sirine serangan udara berbunyi di kota. Setelahnya suara khas pecahan peluru yang menghiasi area itu terdengar jelas. Meski begitu, tidak jelas lokasi target yang terkena serangan tersebut.
Selain itu, Nagorno-Karabakh mengatakan 51 prajurit telah tewas dalam perang dengan Azerbaijan. Itu menjadi peningkatan tajam dalam jumlah kematian dari seminggu pertempuran sengit. Presiden daerah kantong etnis Armenia di Azerbaijan, Arayik Harutyunyan, mengatakan sebelumnya telah melakukan perjalanan untuk bergabung dengan pasukannya di garis depan.
Peristiwa itu menjadi percikan baru dalam konflik antara Armenia dan Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan pada akhir bulan lalu. Yerevan dan Baku sama-sama saling menuduh melanggar gencatan senjata 1994 dan menyebabkan korban sipil.
Pertempuran kedua negara pun yang terus berlanjut di Nagorno-Karabakh, dengan beberapa negara, termasuk Rusia, Amerika Serikat, dan Prancis, telah mendesak para pihak untuk menahan diri. Ketiga negara tersebut pencetus Group Minsk dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama (OSCE) meminta Armenia dan Azerbaijan melanjutkan negosiasi tanpa prasyarat.