Senin 05 Oct 2020 05:25 WIB

Inilah Dzikir Paling Utama (2-Habis)

Dzikir adalah yang paling bisa mendekatkan hamba kepada Allah.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Ani Nursalikah
Inilah Dzikir Paling Utama (2-Habis). Berdzikir. Ilustrasi
Foto: Darmawan / Republika
Inilah Dzikir Paling Utama (2-Habis). Berdzikir. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengutip buku 40 Pesan Nabi Untuk Setiap Muslim oleh Fahrur Mu’is, disebutkan dzikir adalah yang paling bisa mendekatkan hamba kepada Allah, dan segala yang bisa mendekatkan kepada Allah adalah sedekah. 

Rasulullah bersabda, "Perkataan yang paling dicintai Allah ada empat; Subhaanallaah, Alhamdulillah, Laa Ilaaha Illallaah, dan Allahu Akbar." (HR Muslim).

Baca Juga

Rasulullah juga bersabda, "Barang siapa membaca ‘Laa Ilaaha Illallaahu Wahdahu Laa Syariikalah, Lahul Mulku Walahul Hamdu Wahuwa ‘Alaa Kulli Syai’in Qadir’ seratus kali dalam sehari, niscaya sama nilainya dengan (membebaskan) sepuluh budak, dituliskan untuknya seratus kebaikan, diampun seratus keburukan, dan pada hari itu ia memiliki perlindungan dari setan hingga sore hari. Tidak ada seorang pun datang dengan keutamaan yang lebih baik dari apa yang ia bawa, kecuali yang melakukan yang lebih banyak dari itu." (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Meski demikian, dijelaskan kembali dzikir yang paling baik adalah membaca Alquran. Ada kandungan obat bagi hati sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam surat Al-Israa’ ayat 82.

"Dan kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian."

Terkait mengamalkan dzikir-dzikir tersebut, kata Ustadz Zaitun, ada beberapa waktu yang disarankan dan yang paling utama. "Untuk berzikir rutin adalah pagi dan petang, menjelang subuh serta di penghujung Jumat," ujar Ketua Umum Wahdah Islamiyah itu.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement