REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Presiden Republik Artsakh, Arayik Harutyunyan dilaporkankan terluka serius usai pasukan militer Azerbaijani menghantam bunker tempatnya bersembunyi. Azerbaijan mengangggap Republik Artsakh adalah negara tak sah dan dicap sebagai kelompok separatis di Nagorno-Karabakh.
"Pertama-tama Arayik Harutyunyan, Anda tidak berada di garis depan medan pertempuran, Anda bersembunyi di bunker, tapi Angkatan Bersenjata Azerbaijan menghantam bunker tempat Anda bersembunyi," kata pembantu presiden Azerbaijan, Hikmet Hajiyev dalam konferensi pers, seperti dikutip media Turki, Daily Sabah, Senin (5/10).
Konferensi pers ini digelar setelah Armenia menyerang kota terbesar kedua Azerbaijan Ganja. Hajiyev mengatakan Harutyunyan terluka serius oleh serangan rudal Azerbaijan.
"Anda dihukum atas kejahatan yang Anda lalukan terhadap kota Ganja dan kota sipil lainnya, pelaku kejahatan lain, pejahat perang lain juga akan dihukum segera mungkin," tambah Hajiyev.
Daily Sabah menyebut Harutyunyan sebagai presiden negara proksi Armenia yang berdiri secara ilegal di wilayah Azerbaijan. Negara itu tidak diakui oleh masyarakat internasional termasuk Armenia sendiri.
Pada Ahad (5/10) Kementerian Azerbaijan mengatakan satu orang warga sipil tewas dan empat lainnya terluka dalam serangan rudal Armenia ke Kota Ganja. Pertempuran antar kedua negara di wilayah perbatasan semakin intensif.
Dalam pernyataan yang dirilis di situs Kementerian Pertahanan Azerbaijan disebutkan Ganja kota dengan populasi lebih dari 330 ribu orang menjadi sasaran tembakan roket dan artileri.
"Armenia melepaskan serangan rudal tanpa pandang ke kota-kota Azerbaijan, Ganja, Füzuli, Tartar dan Jabrayil, Ganja kota terbesar kedua Azerbaijan, dengan populasi kurang lebih 500 ribu orang," cicit Hajiyev di Twitter.
"Armenia sebagai negara dan pemimpin politik militer yang tidak waras Armenia masih menjadi sumber ancaman terhadap kedamaian, keamanan regional, Azerbaijan akan terus membela warga-warganya," tambahnya. n Lintar Satria