Senin 05 Oct 2020 13:05 WIB

Banjir Redam Permukiman di Bidara Cina

Banjir di Bidara Cina kiriman air dari Depok.

Ilustrasi Banjir. Banjir merendam permukiman penduduk di RW 07 dan RW 11 Bidara Cina, Jakarta Timur, Senin (5/10) pagi.
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Banjir. Banjir merendam permukiman penduduk di RW 07 dan RW 11 Bidara Cina, Jakarta Timur, Senin (5/10) pagi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir merendam permukiman penduduk di RW 07 dan RW 11 Bidara Cina, Jakarta Timur, Senin (5/10) pagi. Banjir disebabkan air yang datang atau kiriman dari kawasan Depok, Jawa Barat, melalui Kali Ciliwung, ujar otoritas setempat.

"Ini (banjir) kiriman dari Depok, kecuali dari Katulampa bisa parah banjirnya. Kalau cuma Depok saja warga sudah biasa," kata Lurah Bidara Cina Dadang Yudi.

Baca Juga

Dadang mengatakan banjir kiriman dari wilayah Depok biasanya tidak separah saat air yang tiba di Bidara Cina berbarengan dengan kiriman dari Katulampa, Bogor. Meski banjir sempat mencapai ketinggian 1 meter di lokasi yang berdekatan dengan tanggul Kali Ciliwung, kata Dadang, namun genangan air cepat surut karena debit di Pintu Air Manggarai sedang tidak penuh.

"Air masuk jam 02.00 WIB. Kalau air dari Depok waktu sampainya agak cepat dan untungnya Pintu Air Manggarai tidak penuh," katanya.

Sekitar pukul 11.00 WIB debit air yang merendam lima RT di RW11 dan tujuh RT di RW07 telah surut dengan kedalaman 70 sentimeter di dekat tanggul. Dadang menambahkan jumlah penduduk yang terdampak banjir di lokasi terparah sebanyak 20 jiwa yang tergabung dalam delapan kepala keluarga (KK).

"Mereka sempat mengungsi di Sasana Krida sebab tidak punya lantai dua di rumahnya," katanya.

Dadang menambahkan selama mengungsi warga diwajibkan untuk menjaga jarak aman sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19. "Ngeri juga lagi pandemi begini di lokasi penampungan, tapi tetap kami atur di lokasi pengungsian harus jaga jarak," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement