REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah meluncurkan Lembaga Uji Kompetensi Wartawan (LUKW) yang berada di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Dengan diluncurkannya Lembaga Uji Kompetensi Wartawan milik Muhammadiyah di FISIP UMJ ini, akan turut berkontribusi menghadirkan wartawan berintegritas dengan standar yang yang telah ditetapkan Dewan Pers.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. DR. Haedar Nashir menyambut baik hadirnya lembaga uji kompetensi wartawan di lingkungan Muhammadiyah, melalui FISIP UMJ ini. Menurut Haedar peran wartawan atau jurnalis di era informasi saat ini sangat strategis. Selain menjadi pilar keempat demokrasi, peran wartawan mampu menghadirkan mengungkapkan fakta kebenaran yang harus diterima masyarakat.
Sebagai mantan wartawan, Haedar mengakui dunia jurnalistik bukan sekedar ilmu dan keterampilan, tapi juga panggilan jiwa didalamnya. Haedar yang pernah 10 tahun menjadi wartawan hingga Pimpinan Redaksi Suara Muhammadiyah, mengaku menyusun fakta menjadi sebuah berita bukanlah hal yang mudah. Bagaimana menyusun kata dan kalimat menjadi terstruktur dan enak dibaca.
"Diakui betapa menjadi jurnalis sejatinya tidaklah mudah, tetapi itulah yang harus dijalani. Tapi perannya yang besar mempengaruhi masyarakat, membuat pekerjaan jurnalis haruslah memiliki integritas," kata Haedar dalam webinar 'Media dan Demokrasi', sekaligus peluncuran LUKW UMJ, Senin (5/10).
Karena itu, proses yang dijalani seorang wartawan tidaklah mudah. Selain harus memiliki kemampuan menulis, keilmuan jusnalistik, wartawan juga harus peka dengan kondisi sosial masyarakat. Dan yang lebih penting adalah wartawan juga dituntut memiliki kualitas integritas yang tinggi dalam setiap mengungkap atau menyampaikan informasi kepada publik.
"Wartawan juga diajari untuk menegakkan cover bothside, dalam menyampaikan fakta yang ada di masyarakat. Karena seringkali ada kesenjangan antara realitas dan fakta sosial, apalagi yang telah menjadi sebuah opini atau pernyataan. Karena itu jangan gampang percaya pernyataan seseorang yang menggambarkan realitas. Perlu dicek apakah itu benar terjadi atau sekedar fakta sosial yang telah terkonstruksi," paparnya.
Disinilah, menurut dia, pentingnya jiwa dan integritas seorang wartawan. Tidak mudah terbawa pada pernyataan seseorang, dari siapapun atau dari kubu manapun. Wartawan tidak mudah terbawa dalam sebuah pernyataan, karena integritasnya menekankan sebuah obyektivitas. Maka modal-modal seperti ini, akan sangat penting dimiliki oleh seorang wartawan, termasuk juga para dosen dan para peniliti harus memiliki nilai-nilai seperti ini.
Karena keselamatan bangsa atau masyarakat seringkali berdiri diatas wartawan yang berpegang pada prinsip-prinsip kebenaran sesuai fakta sosial yang ada. Haedar menekankan sejak awal Muhammadiyah punya peran besar dalam mengembangkan dunia kejurnalistikan. Ia menyebut hadirnya media Suara Muhammadiyah yang tercatat sejak 1915, telah membuktikan bahwa pers Muhammadiyah sudah cukup tua berperan besar di bangsa ini.
"Semoga dengan hadirnya Lembaga Uji Kompetensi Wartawan di FISIP UMJ ini, mampu berkontribusi lebih banyak wartawan yang memiliki integritas tinggi dan memiliki semangat Islam berkemajuan," kata Haedar.
Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta Syaiful Bahri menambahkan dengan adanya Lembaga Uji Kompetensi Wartawan FISIP UMJ ini, mampu memberikan penguatan kinerja jurnalisme Indonesia semakin profesional. Semakin wartawan profesional, maka proses kehidupan berbangsa, baik Sosial, politik hukum dan ekonomi semakin baik.
"Maka semakin profesional wartawan, maka proses demokrasi hingga penyebaran informasi, semakin berintegritas. Dan diharapkan wartawan yang melalui Lembaga Uji Kompetensi Wartawan FISIP UMJ ini, bukan hanya sekedar menjadi wartawan muslim saja, namun juga berintegritas dengan semangat Islam berkemajuan," jelasnya.