REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Milisi dari Lebanon, Suriah, dan Amerika Latin bergabung dengan Armenia untuk melawan Azerbaijan saat konflik kedua negara itu semakin memanas di wilayah Nagorno-Karabakh.
Laporan Radio France International (RFI), sekitar 30 milisi relawan mendapatkan pelatihan kilat sebelum bergabung dengan pasukan Armenia di perbatasan. Beberapa dari mereka dikabarkan belum pernah memegang senjata sebelumnya.
"Sejak awal konflik, begitu banyak (milisi sukarelawan) telah terdaftar sehingga beberapa masih menunggu di Yerevan untuk dipanggil untuk mendukung mereka yang berjuang," tulis RFI.
Para relawan yang berbicara tanpa menyebut nama menggambarkan pengalaman terjun di Nagorno-Karabakh. "Anda harus menjatuhkan mereka, kalau tidak merekalah yang akan menjatuhkan Anda," kata salah satu dari mereka.
Dikutip dari DailySabah, kepala layanan pers Azerbaijan, Kolonel Vagif Dargahli, mengatakan tentara Armenia telah meminta tentara bayaran dari Suriah dan negara-negara Timur Tengah lainnya. Duta Besar Azerbaijan untuk Turki, Khazar Ibrahim, sebelumnya juga mengkonfirmasi klaim sama.
Ibrahim menunjukkan bahwa orang-orang dari negara lain bergabung dalam konflik untuk mendukung Yerevan. Dia mengatakan kelompok teroris juga bertempur di antara barisan Armenia. Salah satu yang terlibat termasuk PKK dan Tentara Rahasia Armenia untuk Pembebasan Armenia (ASALA) untuk terjun ke wilayah Nagorno-Karabakh dan memberi mereka senjata.