REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China tetap menggelar patroli dan latihan pertempuran di Selat Taiwan meskipun libur delapan hari Festival Musim Gugur dan Hari Nasional, sementara Taiwan tidak tinggal diam menyiagakan sejumlah pesawat tempurnya berbiaya sekitar Rp 51 miliar.
Pesawat tempur jenis Y-8 milik Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dilaporkan kembali terbang di barat daya Taiwan pada Ahad (4/10). Pesawat antikapal selam itu terpantau terbang melintasi zona identifikasi pertahanan udara di barat daya Taiwan, menurut laporanLiberty Times yang berbasis di Taipei, Senin (5/10).
Sejak hari pertama libur Hari Nasional pada Kamis (1/10), pasukan PLA terus berpatroli di atas perairan Selat Taiwan. Li Jie, pengamat militer dari Beijing, berpendapat bahwa dengan mengerahkan pesawat pengintai antikapal selam,PLA telah meningkatkan intensitas patroli untuk mengumpulkan informasi intelijen. Operasi PLA itu juga tampaknya untuk menekan Taiwan, ujarnya dikutip Global Times.
Menurut data yang dirilis otoritas pertahanan Taiwan pada Ahad sebagaimana dikutip media pulau itu, PLA telah melakukan 51 kali latihan menembak dalam 16 hari terakhir.
Menghadapi operasi PLA, Taiwan juga telah mengirimkan pesawat tempur. Pengerahan itu menghabiskan lebih dari 100 juta dolar Taiwan (Rp 51,1 miliar) untuk biaya bahan bakar, pemeliharaan, dukungan logistik, dan biaya siaga, demikian dilaporkan media di Taiwan.
Menurut pengamat militer, setiap pesawat memiliki kedaluwarsa yang pada akhirnya tidak dapat diperbaiki, tidak berfungsi, apalagi jika tidak dirawat dengan baik. PLA mengklaim memiliki lebih banyak pesawat tempur daripada militer Taiwan.
Keunggulan itu dikarenakan industri pertahanan China juga terus memproduksi lebih banyak pesawat dengan kualitas yang lebih baik. Selain pesawat tempur, PLA juga mengirimkan kapal perang ke perairan di lepas pantai Hualien, pesisir timur Taiwan, pada Jumat (2/10), lapor Liberty Times.