REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Peringatan Hari Habitat Dunia (World Habitat Day) 2020 digelar di Balai Kota Surabaya mulai Senin (5/10) malam. Acara internasional yang selalu digelar pada Senin pertama Oktober ini bekerjasama dengan UN-Habitat, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak di bidang pemukiman dan pembangunan kota berkelanjutan.
Perayaan kali ini mengusung tema “Permukiman Untuk Semua: Masa Depan Perkotaan yang Lebih Baik”. Salah satu fokus utama yang akan menjadi pembahasan dalam acara tersebut adalah mencari solusi permukiman yang baik di tengah pandemi Covid-19.
"Apalagi, persoalan permukiman itu menjadi faktor penting yang harus dijamin oleh pemerintah demi keselamatan warganya," kata Direktur Eksekutif UN Habitat (Badan Program Pemukiman Manusia PBB), Maimunah Mohd Sharif saat jumpa pers melalui virtual Senin (5/10).
Maimunah mengatakan, permasalahan permukiman menjadi penting dan mendesak di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Pasalnya, masyarakat membutuhkan perlindungan yang cukup di dalam rumah serta fasilitas sanitasi yang memadai saat pandemi. Artinya, rumah yang layak sangat dibutuhkan dalam kondisi ini.
“Masyarakat butuh rumah yang layak, tidak hanya atap dan lantai saja. Rumah sangat penting saat pandemi ini, karena ketika kita terkena lockdown, maka dibutuh tempat tinggal di rumah. Kalau kita tidak ada rumah, bagaiama kita bisa tinggal di rumah?” ujar Maimunah.
Oleh karena itu, kata dia, persoalan permukiman yang dialami oleh hampir seluruh negara di dunia, termasuk permukiman yang kumuh dan para tunawismanya, akan menjadi topik utama dalam pertemuan. Diskusi akan diikuti oleh 193 negara anggota PBB. Hingga saat ini, yang daftar untuk mengikuti diskusi panel sebanyak 900 peserta dari berbagai negara di dunia.
“Panel nanti akan terdiri dari berbagai tema. Tentu saja yang tidak lupa kami akan membahas bagaimana terkait inklusivitas, gender, anak muda, dan lainnya dalam penanganan pemukiman untuk semua. Kami harus memastikan bahwa setiap orang bisa mendapatkan tempat tinggal yang layak,” kata dia.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, permukiman di perkampungan menjadi salah satu kunci penyelesaian penanganan Covid-19 di Kota Surabaya. Dengan tidak mengubah budaya perkampungan di tengah kota, masyarakat lebih bisa bertanggung jawab untuk penanganan Covid-19 di lingkungan terdekatnya masing-masing.
“Kami merealisasikan ini dengan program yang namanya Kampung Tangguh. Jadi bagaimana permukiman bisa dimanfaatkan juga sebagai sarana penanganan Covid-19,” kata Risma.