REPUBLIKA.CO.ID, ALMATY -- Warga Kirgizstan yang memprotes hasil pemilihan parlemen menjebol kantor pemerintah dan markas pasukan keamanan. Situs media lokal Akipress dan 24.kg melaporkan terdengar suara tembakan dan oposisi mencoba merebut ibu kota.
Unjuk rasa pecah setelah dua partai terbesar, yang salah satunya dekat dengan Presiden Sooronbai Jeenbekov, memenangkan pemilihan Ahad (4/10) lalu. Polisi berhasil membubarkan unjuk rasa Senin (5/10) kemarin.
Namun demonstran kembali berkumpul di alun-alun ibu kota Bishkek satu jam kemudian. Pada Selasa (6/10) pagi mereka merangsek masuk ke dalam kantor presiden dan parlemen, gedung yang masyarakat setempat sebut Gedung Putih.
Kemudian pengunjuk rasa menjebol markas Komite Negara bidang Keamanan Nasional dan membebaskan mantan presiden Almazbek Atambayev. Ia adalah pemimpin yang dipenjara atas tuduhan korupsi setelah kalah dari Jeenbekov.
Pada Senin malam Jeenbekov mengatakan Selasa ini ia akan bertemu dengan semua partai yang mengikuti pemilihan parlemen. Sementara kelompok oposisi menunjuk kepala keamanan nasional mereka sendiri.
Oposisi menunjuk komandan Bishkek walaupun tidak jelas wewenangnya. Kirgizstan, negara Asia Tengah dengan populasi 6,5 juta orang, memiliki aliansi yang kuat dengan Rusia. Mereka memiliki sejarah panjang guncangan politik. Selama 15 tahun terakhir sudah dua presiden yang digulingkan oleh revolusi.