Selasa 06 Oct 2020 11:10 WIB

Jokowi: Pertanian Sumbang Tertinggi Pertumbuhan Ekonomi

Sektor pertanian alami pertumbuhan hingga 16,24 persen di Kuartal II

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Presiden Joko Widodo menyampaikan, di masa pandemi ini sektor pertanian menjadi penyumbang tertinggi pertumbuhan ekonomi nasional yang tengah mengalami perlambatan. Ia menyebut, sektor pertanian tumbuh positif sebesar 16,24 persen di kuartal II.
Foto: ANTARA/Biro Pers
Presiden Joko Widodo menyampaikan, di masa pandemi ini sektor pertanian menjadi penyumbang tertinggi pertumbuhan ekonomi nasional yang tengah mengalami perlambatan. Ia menyebut, sektor pertanian tumbuh positif sebesar 16,24 persen di kuartal II.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan, di masa pandemi ini sektor pertanian menjadi penyumbang tertinggi pertumbuhan ekonomi nasional yang tengah mengalami perlambatan. Ia menyebut, sektor pertanian tumbuh positif sebesar 16,24 persen di kuartal II.

Hal ini disampaikan Jokowi saat membuka rapat terbatas korporasi petani dan nelayan dalam mewujudkan transformasi ekonomi melalui video conference di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (6/10).

“Di kuartal kedua sektor pertanian tumbuh positif sebesar 16,24 persen dan pertumbuhan positif di sektor pertanian ini perlu kita jaga momentumnya sehingga bisa berdampak signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan petani maupun nelayan,” ujar Jokowi.

Karena itu, dalam ratas ini, Jokowi pun meminta agar kesejahteraan petani maupun nelayan dapat ditingkatkan melalui pembentukan korporasi bagi petani dan juga nelayan. Melalui korporasi ini, petani dan nelayan diharapkan memiliki akses yang lebih mudah ke pembiayaan, informasi, maupun teknologi, serta dapat meningkatkan efisiensi dan memperkuat pemasaran.

“Pola pikir juga perlu berubah tidak semata-mata fokus pada on farm tapi bergerak pada out farm sisi pasca panen, sisi bisnisnya. Yaitu dengan membangun proses bisnis dari produksi sampai pasca panen,”kata dia.

Jokowi menilai, implementasi modal korporasi petani dan nelayan selama ini belum berjalan optimal. Meskipun terdapat kelompok-kelompok tani ataupun nelayan, namun belum terbangun sebuah modal bisnis yang memiliki ekosistem dan dapat disambungkan dengan perusahaan-perusahaan BUMN maupun perusahaan swasta besar lainnya.

“Yang kita perkuat adalah ekosistem bisnisnya yang dilakukan secara terpadu,” ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement