Selasa 06 Oct 2020 12:35 WIB

Jihad di Masa Pandemi dalam Perspektif Alquran

Makna jihad bukan hanya fisik, tetapi memerangi kebodohan, kemiskinan, dan lainnya.

Jihad di Masa Pandemi dalam Perspektif Alquran. Ilustrasi
Foto: FB Anggoro/ANTARA
Jihad di Masa Pandemi dalam Perspektif Alquran. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PW Muhammadiyah Sumut, Sulidar

JAKARTA -- Pandemi Covid-19 (corona virus disease-19) hingga kini belum juga normal. Oleh sebab itu, sebagai warga yang baik, khususnya umat Islam, mari patuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Selalu cuci tangan dengan sabun, memakai masker jika keluar rumah, dan menjaga jarak (physical distancing) di tempat keramaian bahkan ketika di tempat ibadah, juga menjaga stamina tubuh agar tetap sehat dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi.

Baca Juga

Dalam situasi dan kondisi seperti ini, maka hendaknya umat Islam merujuk Alquran dan as-Sunnah dalam segala aktivitasnya. Salah satu nilai Alquran dan as-Sunnah adalah apa yang disebut dengan jihad. Dengan jihad kaum muslimin akan termotivasi untuk terus bergerak maju, tidak mudah menyerah dan putus asa. Apa yang terjadi, saat ini merupakan takdir Allah swt, yang mesti kita sikapi dengan arif sebagai seorang Muslim.

Kendatipun kata jihad terkadang banyak masyarakat yang gagal paham, dikiranya jihad hanya bermakna perang fisik melawan orang kafir. Jihad boleh jadi diartikan perang, namun konteksnya sudah berbeda, perang dalam hal ini bisa bermakna memerangi kebodohan, penyakit, kemiskinan, ketertinggalan, kezaliman para penguasa, ketidakadilan dan sebagainya.

Oleh karenanya, jihad mestinya dilakukan pada setiap saat, misalnya, jihad dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya agar kualitas kehidupan umat Islam akan terpelihara, yang pada akhirnya mewujudkan kemajuan, keharmonisan  kesejahteraan, dan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.

  • Pengertian Jihad

Secara harfiyah makna jihad jika diambil berasal dari kata dasarnya: kata dasarnya yang berasal dari : (جَهَدَ-يَجْهَدُ-جَهْدًا) maknanya bersungguh-sungguh. Selanjutnya, jika diambil dari kata (جَاهَدَ) bermakna berjuang, dan (مُجَاهِدٌ)  dengan makna yang berjuang, maka (جِهَادٌ) artinya perjuangan. Adapula yang mengartikan:

اَلْجِهَادُ : اَلْجَهْدُ وَ اَلْجُهْدُ : َالطَّاقَةُ وَالمَشَقَّةُ. وَقِيْلَ اَلْجَهْدُ بِاالفَتْحِ: المَشَقَّةً, وَ اَلْجُهْدُ : الوُسْعُ.

Jihad : al-jahdu dan al-juhdu mempunyai makna yang sama, yakni kemampuan (penguasaan) dan kesulitan, pandangan lain (mengungkapkan bahwa makna) al-jahdu )(dengan jim berbaris fatha) adalah kesulitan, adapun al-juhdu (dengan jim berbaris dhomma) bermakna kemampuan.

Dalam berbagai literatur ada yang mengartikan jihad dengan perang, kendatipun tidak salah, karena Alquran dan Sunnah memang ada yang menjelaskan hal itu. Namun, mesti dipahami bahwa makna kata jihad bukanlah satu-satunya bermakna perang, seperti dipahami para orientalis yang menjelaskan jihad seba gai perangnya orang Muslim dalam situasi apapun dan di manapun yang dilakukan untuk mendapatkan kekuasaan, ketenaran, harta dan kekayaan.

Makna seperti ini adalah bukan saja keliru, tetapi tidak sesuai dengan fakta dalam sejarah. Dapat disimpulkan jihad adalah usaha yang sungguh-sungguh, atau semaksimal mungkin untuk menjalankan atau melaksanakan ketetapan Allah dan Rasul-Nya demi mengharap ridha-Nya.

  • Jihad dalam Alquran

Kata jihad dalam berbagai derivasinya disebut kan dalam Alquran sebanyak 41 kali, sebagian besar nya berarti perang. Apabila kata jihad dalam Alquran itu dimaksudkan perang biasanya kata itu diikuti dengan ungkapan fi sabilillah, sehingga menjadi jihad fi sa bilillah (perang di jalan Allah).

وَجَاهِدُوا فِي اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ…

Berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. (al-Hajj/22: 78).

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللهِ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (218)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman,orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengam pun lagi Maha Penyayang. Q.S.al-Baqarah/2:218.

الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ (20)

Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berji had di jalan Allah dengan harta benda dan diri mere ka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (Q.S. at-Taubah/9: 20).

Keistimewaan jihad di jalan Allah

Q.S.as-Shaf/61:10-13;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (10) تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (11) يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (12) وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (13)

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.

-----

https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/10/01/jihad-di-masa-pandemi-covid-19-perspektif-al-quran-dan-as-sunnah/

 

 

sumber : Suara Muhammadiyah
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement