REPUBLIKA.CO.ID, ATLANTA -- Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat telah memperbarui pedoman tentang penanganan Covid-19. CDC memasukkan informasi baru mengenai potensi penularan virus melalui udara berdasarkan ilmu pengetahuan terkini.
Pembaruan mengakui adanya beberapa laporan yang menunjukkan keadaan terbatas dan tidak umum, di mana orang dengan Covid-19 bisa menularkannya pada orang lain yang berada lebih dari dua meter. Kondisinya termasuk risiko penularan tidak lama setelah pasien positif Covid-19 itu meninggalkan lokasi.
"Dalam kasus ini, penularan terjadi di ruangan yang berventilasi buruk dan tertutup yang sering melibatkan aktivitas yang menyebabkan pernapasan lebih berat, seperti bernyanyi atau berolahraga," tulis CDC dalam sebuah pernyataan.
Lingkungan dengan aktivitas demikian dapat berkontribusi pada penumpukan partikel pembawa virus. Namun, data yang tersedia menunjukkan bahwa penularan jauh lebih mungkin terjadi melalui kontak dekat dengan pasien positif daripada melalui udara.
Badan tersebut masih mengatakan Covid-19 dapat ditularkan dari droplet (percikan) pernapasan pasien positif saat batuk, bersin, bernyanyi, berbicara, atau bernapas. Ukurannya dapat bervariasi dari droplet yang lebih kecil hingga besar.
Percikan kecil juga bisa membentuk partikel saat mengering dengan sangat cepat di aliran udara. Menurut CDC, virus pun dapat menyebar melalui partikel kecil virus yang tertinggal di udara dan menginfeksi orang lain lebih dari dua meter.
Panduan baru menjelaskan bahwa seseorang yang terinfeksi tanpa gejala sangat mungkin menularkan virus ke orang lain. Berdasarkan pedoman, penularan Covid-19 jarang terjadi melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi atau antara manusia dan hewan.
CDC merekomendasikan masyarakat melindungi diri dari virus corona dengan menjaga jarak dari orang lain. Panduan selanjutnya, memakai masker yang menutupi hidung dan mulut, sering mencuci tangan, membersihkan permukaan, dan tetap di rumah saat kurang fit.
Dalam sebuah pernyataan pada Senin, CDC mengatakan bahwa rekomendasinya untuk mencegah penyebaran tetap sama berdasarkan sains yang ada dan setelah tinjauan teknis menyeluruh. Cara terbaik pencegahan adalah dengan menghindari terinfeksi virus.
Sementara itu, banyak peneliti dan dokter mengatakan selama berbulan-bulan bahwa virus corona dapat ditularkan melalui partikel kecil virus di udara. Pada Juli, 239 ilmuwan menerbitkan surat yang mendesak Organisasi Kesehatan Dunia lebih terbuka soal itu.
Bulan lalu, CDC memperbarui panduan yang menyatakan kemungkinan penularan Covid-19 dari droplet pernapasan yang mengambang di udara. Tetapi, beberapa hari kemudian, CDC kembali ke pedoman sebelumnya yang tidak memasukkan informasi tentang itu.
Badan tersebut memberi penjelasan bahwa versi rancangan perubahan yang diusulkan telah diunggah karena kesalahan, dan panduan akan diperbarui lagi setelah proses tinjauan ilmiah selesai. Situasi itu memicu kekhawatiran adanya tekanan politik pada pedoman CDC.
Hal serupa disuarakan oleh Leana Wen, seorang dokter darurat di Universitas George Washington. Menurut dia, informasi demikian sebenarnya sudah menjadi informasi medis yang diketahui meluas sehingga janggal ketika CDC tak segera memuat itu.
"Fakta bahwa mereka mencabutnya, meskipun ini adalah pengetahuan ilmiah umum, orang harus bertanya-tanya ada apa di baliknya. Apakah ada tekanan politik? Campur tangan politik yang mendorong ini daripada sains?" ujar Wen, dikutip dari laman CNN.