REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Empat pekan sebelum pemilihan presiden Amerika Serikat pada 3 November 2020, lebih dari 3,8 juta warga negara telah memanfaatkan hak pilih melalui pemungutan suara lebih awal dan surat. Demikian dilaporkan lembaga penyedia data pemilu Elections Project.
Angka itu tercatat 75 ribu suara lebih banyak dibandingkan periode yang sama pada pemilu 2016. Lonjakan jumlah suara lebih dini menggambarkan kemungkinan capaian rekor jumlah pemilih dalam pertarungan politik antara kandidat pejawat Donald Trump, dan lawannya mantan wakil presiden Joe Biden.
Menurut Michael McDonald dari Universitas Florida, kenaikan suara yang masuk lebih dini dipengaruhi oleh perluasan sistem pemungutan suara awal dan melalui layanan pos di banyak negara bagian atas pertimbangan cara aman memilih di tengah situasi pandemi Covid-19.
McDonald, yang mengelola Elections Project, juga menyebut bahwa muncul keinginan publik untuk ikut serta dalam menentukan masa depan politik Trump.
"Kita tak pernah melihat orang sebanyak ini memberikan hak suara jauh hari sebelum pemilu. Masyarakat memilih ketika mereka memutuskan, dan kita tahu bahwa banyak orang telah memutuskan sejak lama dan sudah mempunyai penilaian tentang Trump," kata McDonald.
Dengan angka pemilih awal yang tinggi itu, McDonald memprediksi jumlah pemilih total nantinya mencapai 150 juta orang, mewakili 65 persen dari daftar pemilih --persentase tertinggi sejak 1908.
Jumlah 3,8 juta lebih suara yang sudah masuk itu sejauh ini datang dari 31 negara bagian. Jumlah itu akan bertambah cepat dalam beberapa pekan ke depan, karena lebih banyak negara bagian menggelar pemungutan suara awal dan via surat.
Persentase pemilih yang memberikan hak suara lewat secara langsung pada hari pemungutan suara 3 November sudah mengalami penurunan sebelum pemilu tahun ini. Angka total suara masuk lewat pemungutan suara awal atau via surat telah bertambah lebih dari dua kali lipat, dari hampir 25 juta pada 2004 menjadi 57 juta suara pada 2016.
Trump telah berulang kali memprotes sistem pemungutan suara via surat. Ia menyebut sistem seperti itu akan mengarah pada kecurangan. Namun, para pakar menilai kecurangan justru jarang terjadi.
Terkait hal itu, pendukung Partai Demokrat --yang mengusung Biden-- mengembalikan surat suara yang mereka terima via pos sejumlah dua kali lipat lebih banyak dibandingkan pendukung Partai Republik --yang mengusung Trump. Demikian menurut data dari tujuh negara bagian.
Di Negara Bagian Florida, sebagai wilayah pemilihan yang krusial, lebih dari 2,4 juta pendukung Demokrat meminta surat suara dan 282 ribu telah mengembalikan. Sementara hampir 1,7 juta pendukung Republik meminta surat suara dan 145 ribu telah mengembalikannya.