Selasa 06 Oct 2020 21:41 WIB

Azerbaijan Bantah Kerahkan Milisi Suriah dalam Perang

Pasukan Azerbaijan lebih tahu lapangan dan siap daam pertempuran.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Foto selebaran yang disediakan oleh Kementerian Pertahanan Armenia pada (6/10/2020) menunjukkan tentara Armenia yang diduga selama bentrokan militer dengan tentara Azeri di sepanjang garis kontak Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri (juga dikenal sebagai Artsakh). Bentrokan bersenjata meletus pada 27 September 2020 dalam konflik teritorial yang membara antara Azerbaijan dan Armenia atas wilayah Nagorno-Karabakh di sepanjang garis kontak Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri.
Foto: EPA-EFE/ARMENIA DEFENCE MINISTRY PRESS
Foto selebaran yang disediakan oleh Kementerian Pertahanan Armenia pada (6/10/2020) menunjukkan tentara Armenia yang diduga selama bentrokan militer dengan tentara Azeri di sepanjang garis kontak Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri (juga dikenal sebagai Artsakh). Bentrokan bersenjata meletus pada 27 September 2020 dalam konflik teritorial yang membara antara Azerbaijan dan Armenia atas wilayah Nagorno-Karabakh di sepanjang garis kontak Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri.

REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Pemerintah Azerbaijan membantah laporan yang menyebut pihaknya mengerahkan kombatan Suriah dalam pertempuran dengan pasukan Armenia di Nagorno-Karabakh. Baku menyatakan kabar tersebut palsu.

Asisten Presiden Republik Azerbaijan Hiket Hajiyev mengatakan menempatkan atau mengerahkan kombatan Suriah ke Nagorno-Karabakh adalah sebuah langkah yang tidak logis. Sebab, pasukan negaranya lebih memahami medan peperangan dan lebih siap untuk terlibat pertempuran.

Baca Juga

Oleh sebab itu, dia membantah laporan yang menyebut Azerbaijan mengerahkan kombatan Suriah di Nagorno-Karabakh. Hajiyev pun menyangkal kabar bahwa Turki terlibat membela Azerbaijan dalam pertempuran melawan Armenia.

“Azerbaijan tidak membutuhkan partisipasi pihak ketiga mana pun. Kami memiliki angkatan bersenjata yang kuat. Kami memiliki cukup sumber daya kami sendiri. Azerbaijan berpenduduk 10 juta, dan kita juga punya cadangan militer yang cukup," kata Hajiyev dala sebuah wawancara dengan RT, dikutip laman Middle East Monitor pada Selasa (6/10).

Selama sepuluh hari terakhir, pasukan Azerbaijan dan Armenia terlibat pertempuran di wilayah Nagorno-Karabakh yang dipersengketakan. Ratusan orang dilaporkan telah tewas akibat konfrontasi bersenjata kedua belah pihak.

Pemerintah Nagorno-Karabakh mengatakan pasukan Azerbaijan melancarkan serangan roket ke ibu kotanya, Stepanakert. Sementara Azerbaijan mengatakan Armenia menembakkan rudal ke beberapa kota di luar wilayah yang memisahkan diri itu. "Musuh menembakkan roket ke Stepanakert dan Shushi. Tentara Pertahanan tidak lama lagi akan mengambil tindakan," kata Vahram Pogosyan, juru bicara pemimpin Nagorno-Karabakh.

Bentrokan ini merupakan yang terburuk sejak 1990-an, ketika sekitar 30-an ribuan orang tewas, dan menyebar ke luar daerah kantong Nagorno-Karabakh. Pertempuran tersebut telah meningkatkan keprihatinan internasional tentang stabilitas di Kaukasus Selatan, tempat jaringan pipa membawa minyak dan gas dari Azerbaijan ke pasar dunia.

Konflik kedua negara dikhawatirkan akan menyeret kekuatan-kekuatan regional lainnya. Hal itu karena Azerbaijan memperoleh dukungan dari Turki, sementara Armenia memiliki pakta pertahanan dengan Rusia. (Kamran Dikarma)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement