REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) dikabarkan telah memutuskan untuk memberikan visa kepada Menteri Pertahanan (Menhan) RI Letjen (Purn) Prabowo Subianto untuk bisa memasuki negeri Paman Sam tersebut, menurut seseorang yang mengetahui kebijakan departemen tersebut.
Dilaporkan jurnalis Nahal Toosi dari Politico pada Selasa (6/10) waktu setempat, Prabowo diperkirakan akan berkunjung ke AS pada akhir Oktober ini. Dengan begitu, Prabowo dibolehkan melakukan kunjungan luar negeri pertama ke AS sejak menjabat pada Oktober 2019, dan bertemu Menhan AS Mark T Esper.
Prabowo telah lama masuk daftar hitam AS karena dugaan perannya dalam pelanggaran hak asasi manusia (HAM) sejak beberapa dekade lalu. Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri menolak berkomentar tentang kabar itu, mengutip aturan kerahasiaan yang mengatur visa.
Namun perlu dicatat bahwa China telah merangkul pejabat Indonesia tersebut di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Beijing terkait konflik Laut China Selatan. Republika sudah mengonfirmasi hal itu kepada salah satu pejabat Kementerian Pertahanan (Kemenhan), dan membenarkan kabar Prabowo bakal melakukan lawatan ke AS.
Pejabat Kemenhan tersebut menjelaskan, Prabowo datang ke AS atas undangan resmi pemerintah negeri Paman Sam. Hal itu setelah undangan dikirim oleh US Under Secretary of Defense for Policy, James H Anderson yang datang menemui Prabowo di kantor Kemenhan, Jakarta Pusat pada Kamis (18/9).
Selama ini, kabar Prabowo dilarang masuk AS karena perannya sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus periode 1997-1998 yang terlibat penculikan aktivis menjelang periode kejatuhan Presiden Suharto pada Mei 1998. Kepada Reuters pada 2012, Prabowo mengaku, masih ditolak masuk pada 2012.
Penolakan itu bukan yang pertama kalinya. Pada 2000, Prabowo juga tak bisa menghadiri wisuda anaknya Didit Hediprasetyo yang kuliah di salah satu kampus di Boston. Beberapa jenderal TNI AD juga masuk dalam daftar hitam AS, di antaranya almarhum Jenderal Pramono Edhi Wibowo, Jenderal Wiranto, Jenderal Gatot Nurmantyo, Letjen Sjafrie Sjamsoeddin, dan Mayjen Zacky Anwar Makarim.