REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 15 Mei 1940, koran Pemandangan menurunkan tulisan “Pemerintah Belanda pindah ke Londen. Seloeroeh provinsi oetara ditangan moesoeh”. Mengutip Reuters, Pemandangan memberitakan bahwa Ratu Belanda hampir kena bom Jerman, dan kemudian mengungsi ke London, Inggris, untuk mengendalikan kerajaan.
Ketika Belanda dikuasai Jerman ini, peniup klarinet Jan van Halen yang anti-Jerman termasuk yang ditangkap, kemudan dipekerjakan di Jerman. Dia dipaksa memainkan musik propaganda Jerman yang ia benci.
Pada 16 Juli 1940, seperti dikabarkan Pemandangan, Bupati Betawi RAA Hasan Soemadipradja menyampaikan pidato bahwa Nederland akan berdiri lagi. Ketika Perang Dunia II usai, Jan van Halen mencoba peruntungan ke Indonesia.
Ketika di Belanda, seperti dicertitakan di indischhistorisch.nl, Jan biasa bermain musik di berbagai kesempatan. Mulai dari pertunjukan di radio, di tenda sirkus, atau di pertemuan-pertemuan politik. Hal yang sama juga dilakukan Jan selama di Jakarta.
Iklan di koran Het Dagblad edisi 22 April 1948 menyebut siaran musik selama 30 menit di Radio Batavia pada Kamis 22 April pukul 20.00. Di sana ada Gyuri Rosenberg (piano), Jan Van Halen (klarinet) dan Andor von Sey (cello). Kemudian iklan edisi 12 Oktober, juga ada penampilan Jan van Halen di Radio Indonesia Studio Batavia pukul 21.15. Radio Indonesia Studio Batavia atau disebut juga sebagai Radio Batavia, adalah cikal-bakal RRI.
Siaran musik selama 50 menit pada 12 Oktober malam itu diisi oleh Cosmopolitan Orchestra yang dipimpin Jos Cleber, The Royal Hawaiian Minstrels yang dipimpin George de Fretes. Ada pula penampilan penyanyi solo Oesje Noll, Sallie, dan permainan klarinet dari Jan van Halen.
Jan van Halen pernah pula mengisi pertunjukan musik di pendopo Kebun Binatang yang dihadiri istri Gubernur Jenderal Hubertus van Mook, akhir September 1948. Pertunjukan kali ini juga menghadirkan Cosmopolitan Orchestra. Ada pula penampilan The Royal Hawaiian Minstrels, Oesje Noll, selain penampilan Sam Saulius yang menyanyikan lagu-lagu Batak.
Koran De Nieuwsgier edisi 30 September mengkritik penampilan Cosmopolitan Orchestra, meski sebenarnya Cosmopolitan dikenal sebagai orkes yang luar biasa. Namun, koran ini memuji penampilan Jan van Halen, Sam Saulius, dan Oesje Noll.
Jan van Halen dikabarkan pulang ke Belanda pada 4 Maret 1953 setelah tinggal sekitar enam sampai tujuh tahun di Indonesia. Selama di Jakarta, ia bertemu Eugenia van Beers, perempuan Euro-Asia kelahiran Rangkasbitung, 21 September 1914. Eugenia lebih tua enam tahun dari Jan van Halen.
Tak ada informasi yang banyak mengenai Eugenia. Menurut asaloesoel.igv.nl ayahnya bernama Frans van Beers dari Italia yang memiliki nama keluarga Mafficioli del Castelletto. Ibu Eugenia bernama Roebinem.
Jan dan Eugenia disebut menikah pada Agustus 1950. Namun, setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia, pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan buat warga Indo: pilih menjadi warga negara Indonesia atau repatriasi.
Jan rupanya memilih tetap sebagai warga negara Belanda, dan karenanya menggunakan kapal Sibajak, pada 4 Maret 1953, ia pulang ke Belanda bersama Eugenia yang sedang hamil tua. Tak lama setibanya di Belanda, Alex van Halen lahir pada 8 Mei 1953. Dua tahun kemudian, Eddie van Halen lahir pada 26 Januari 1955. Eddie yang terkenal sebagai gitaris legendaris band Van Halen meninggal karena kanker, Selasa (6/10), waktu Amerika.