REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Kerugian Barcelona selama pandemi virus corona dinilai sebagai dampak dari regulasi 'Financial Fair Play' (FFP). Pasalnya, defisit keuangan Blaugrana yang mencapai 444 juta poundsterling, meningkat sebesar juta 198 poundsterling dibandingkan tahun lalu.
Barcelona menyebut pandemi virus corona sebagai biang keladi karena tahun ini mereka harus kehilangan 88 juta poundsterling dari pendapatan.
Jurnalis Manchester Evening News, Stuart Brennan dalam kolomnya menulis, Barcelona bukan satu-satunya pihak yang mengalami persoalan finansial selama masa pandemi.
Di satu sisi, menurutnya, persoalan keuangan suatu tim masa kini juga bergantung pada sosok pemilik klub itu sendiri. Hal ini dibuktikan melalui eksistensi Manchester City yang dikendalikan oleh Syeikh Mansour.
Namun, gelimang harta Manchester City juga tersandung persoalan FFP. Beberapa bulan lalu, City sempat terancam diboikot dari Liga Champions selama dua tahun jika terbukti melanggar regulasi tersebut.
Belanja besar-besaran City ditengarai lebih tinggi dibandingkan pemasukan klub. Akan tetapi, pengadilan Arbitrase yang mengurus kasus ini menyatakan City tidak melanggar FFP.
Menurut Stuart, hal ini menjadi penanda FFP adalah regulasi yang terlalu lunak terhadap pemilik tunggal klub. Namun jika menghadapi klub yang dimiliki oleh supporter seperti Barcelona, regulasi FFP mendadak menjadi garang.
Stuart berpendapat, City dapat lolos dari jegalan FFP karena berusaha mengeruk pendapatan dari iklan, pemanfaatan inftastruktur dan merekrut pemain akademi dibandingkan memborong pemain mahal.