REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Seorang hakim, Mohamed Mahmoud Abdel Salem adalah Muslim pertama yang mempresentasikan ensiklik kepausan. “Saya sangat tersentuh ketika pertama kali membaca pesan Paus Francis. Saya merasa Paus mewakili saya dalam setiap kata dan semua yang dia katakan,” kata Abdel Salem dalam sebuah wawancara setelah berbicara di presentasi Vatikan tentang ensiklik baru Paus “Fratelli Tutti”, Ahad (4/10).
Penasihat Imam Besar Al Azhar Ahmed al-Tayeb tersebut sekarang menjadi Sekretaris Jenderal Komite Tinggi Persaudaraan Manusia. Komite Tinggi Persaudaraan Manusia dibentuk untuk mempromosikan dokumen bersejarah yang ditandatangani oleh kedua pemimpin agama di Abu Dhabi pada 4 Februari 2019.
Dilansir di America Magazine, Selasa (6/10), dia memandang ensiklik paus sebagai panduan untuk mempraktikkan Dokumen Persaudaraan Manusia. Selain itu, dia juga menganggap sebagai konstitusi untuk membina hubungan Kristen dan Muslim.
“Saya melihat kedua dokumen itu sebagai penghalang yang sangat kuat terhadap kebencian, rasialisme, dan kejahatan secara umum,” kata dia.
Dia menambahkan Islam dan Kristen sama-sama melawan intoleransi dan kekuatan negatif tersebut. Yang membuatnya terkesan adalah ceramah Paus tentang martabat manusia, ketika membahas penyebab migrasi dan pengungsi. Martabat manusia terinjak, hilang di perbatasan antara negara maju (Eropa) dan Dunia Ketiga.
Sementara Hakim Abdel Salem mengatakan kepada Amerika, El Baba (sebutan Arab untuk Paus) mengundangnya pada akhir Juli lalu untuk berpartisipasi dalam presentasi ensiklik, dia mengirim teks dalam bahasa Arab. “Saat pertama kali membacanya, saya melihatnya sebagai rencana yang akurat untuk para pemimpin dunia. Dia benar-benar ingin mencapai persaudaraan manusia," ujar dia.
Kemudian dia bertanya kepada El Baba, apakah dia dapat mengirim pesan tersebut kepada Imam Besar, lalu El Baba menyetujui. “Ketika Imam Besar membacanya, dia berkomentar Paus Fransiskus adalah orang yang cinta damai dalam cara yang paling baik dan dia hidup untuk orang-orang dan dengan orang-orang," kata dia.
Pada Ahad, Imam Besar secara terbuka menyambut ensiklik paus dalam cicitannya berbahasa Arab. “Saudaraku, pesan untuk Paus Fransiskus, Fratelli Tutti adalah perpanjangan dari dokumen persaudaraan manusia. Juga mengungkapkan realita global di mana rentan dalam membayar harga untuk posisi dan keputusan yang tidak pasti. Ini adalah pesan yang ditujukan kepada orang-orang yang berkehendak baik, yang hati nuraninya hidup untuk kemanusiaan,” ujarnya.
Hakim Abdel Salam mengatakan persahabatan El Baba dan Imam Besar adalah sesuatu yang luar biasa, sesuatu yang tidak pernah terjadi dalam sejarah modern. Ini merupakan kesempatan untuk mendekatkan penganut kedua agama mereka.
Dalam pertemuannya dengan El Baba, dia sangat terkesan dengan persahabatan antara El Baba dan Imam Besar. Sehingga dia menulis sebuah buku tentang persahabatan mereka yang akan segera dirilis dalam bahasa Arab, Inggris dan Italia.
Abdel Salam adalah salah satu dari lima panelis yang mempresentasikan ensiklik di aula sinode Vatikan, Ahad lalu. Panelis lainnya adalah Kardinal Pietro Parolin sekretaris negara, Miguel Angel Ayuso Guixot sebagai presiden dewan kepausan untuk dialog antaragama, Profesor Anna Rowlands dari Universitas Durham Inggris, dan Andrea Riccardi pendiri komunitas Sant' Egidio.
Saat acara berlangsung, para hadirin yang datang menggunakan masker. Termasuk Superior Jenderal Jesuit, Arturo Sosa, Kardinal Michael Czerny dan Monsinyur Yoannis Lazi Ghaid, dan anggota Komite Tinggi.
“Apa yang kami saksikan di Vatikan, mulai dengan otoritas tertinggi, membuktikan dengan mempertimbangkan semua hal, kami bergerak ke arah yang benar,” ujar Abdel Salam.