REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah meluncurkan program restorasi terumbu karang melalui program pemulihan ekonomi nasional padat karya yang terpusat di perairan Nusa Dua, Sanur, serta Serangan seluas 50 ha.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan ini merupakan kegiatan restorasi terumbu karang terluas dan terbesar yang pernah Indonesia lakukan.
“Saya sudah laporkan ke Presiden [Joko Widodo] bahwa tahun depan kalau bisa dilakukan program pada beberapa ratus hektar untuk replanting terumbu karang,” ujar Menko Luhut, dalam peluncuran program restorasi terumbu karang secara virtual, Rabu (7/10).
Dia mengatakan program restorasi itu mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 11 ribu orang di berbagai level sekaligus menunjukkan keseriusan pemerintah dalam memperbaiki ekosistem laut sebagai upaya perbaikan ekonomi.
“Ini bukan pekerjaan mudah, tetapi bukan tidak mungkin untuk bisa kita capai semua,” ujarnya.
Selain itu, Menko Luhut mengatakan pemerintah sedang mencanangkan program restorasi hutan mangrove (bakau) dengan area kerusakan hampir 1 juta ha.
“Target kita dalam tiga tahun ke depan akan coba restorasi lebih dari 600 ribu ha untuk memberikan dampak luas dalam carbon credit,” kata Menko Luhut.
Dia menjelaskan bahwa Indonesia dianugerahi keanekaragaman hayati laut yang tinggi, terutama terumbu karang dengan lebih dari 569 jenis karang ada di laut Indonesia. Menurut Menko Luhut, kekayaan terumbu karang Indonesia memberikan banyak manfaat seperti untuk atraksi wisata bahari, farmakologi, pelindung pantai, dan juga habitat bagi ikan-ikan di laut.
“Tapi disayangkan kondisi terumbu karang banyak yang rusak sekitar lebih dari 36 persen akibat berbagai faktor yang sebagian besar akibat ulah manusia,” kata dia.
Menko Luhut menjelaskan program restorasi terumbu karang dilakukan di Bali sebagai bagian untuk memulihkan sektor pariwisatanya karena kunjungan turis berkurang hingga 99 persen akibat Covid-19. Akibatnya, Bali menderita kerugian sekitar Rp9 triliun per bulan sehingga pertumbuhan ekonominya terkontraksi minus 1,14 persen pada kuartal pertama dan minus 10,98 persen pada kuartal kedua.
“Ini masalah besar yang dihadapi dan lebih dari 100 ribu tenaga kerja sektor formal mengalami pemutusan hubungan kerja baik itu pemandu wisata, nelayan, buruh wisata, pedagang, dan sebagainya,” ungkap dia.
Selain itu, Menko Luhut juga mengatakan pemerintah sedang mencanangkan program restorasi hutan mangrove (bakau) dengan area kerusakan hampir 1 juta ha.
“Target kita dalam 3 tahun ke depan akan coba restorasi lebih dari 600 ribu ha untuk memberikan dampak luas dalam kredit karbon,” kata Menko Luhut.