Kamis 08 Oct 2020 22:51 WIB

Muslim Amerika Serikat 'Dilirik', akan Kikis Islamofobia?

Suara umat Islam pada tiap kontes Pilpres Amerika Serikat selalu dilirik.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Suara umat Islam pada tiap kontes Pilpres Amerika Serikat selalu dilirik. Ilustrasi umat Islam Amerika Serikat
Foto: Michael Reynolds/EPA-EFE
Suara umat Islam pada tiap kontes Pilpres Amerika Serikat selalu dilirik. Ilustrasi umat Islam Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, Beberapa penonton debat pertama calon presiden mungkin datang dengan sedikit vertigo, ada satu momen yang menggema dan tidak asing bagi Muslim Amerika.

Dalam satu percakapan yang memanas, Joe Biden menanggapi sumpah Donald Trump bahwa dia akan melepaskan pengembalian pajak pribadinya dengan sarkastik, "Kapan? Insya Allah?"

Baca Juga

Awalnya, Twitterverse (pengguna Twitter) tidak yakin apakah ia mendengar dengan benar. "Seseorang TOLONG beri tahu saya jika kamu mendengar Biden mengatakan Insya Allah di sini," tulis Slate penulis Aymann Ismail di Twitter, membagikan klip tersebut.

"Ya, Joe Biden mengatakan 'Insya Allah' dalam #Debates2020debate," kata penulis drama dan komentator politik Muslim Amerika, Wajahat Ali menegaskan. 

"Secara harfiah berarti 'Insya Allah', tetapi sering kali digunakan untuk berarti, 'Ya, tidak akan pernah terjadi,' katanya.

Dalam artikel yang ditulis Amira Elghawaby dan diterbitkan The Star pada 6 Oktober 2020 dijelaskan, situs berita sayap kanan Breitbart mencatat penggunaan istilah sehari-hari oleh Biden, anehnya menasehati para pembacanya bahwa mereka seharusnya tidak 'takut' terhadap istilah tersebut.  

Mendengar ucapan Arab Islam yang digunakan dalam debat presiden oleh seorang kandidat yang pernah menjabat sebagai wakil presiden untuk Barack Obama, yang dituduh sebagai Muslim tapi merahasiakannya, sungguh luar biasa.

Terlebih lagi mengingat latar belakang di mana komunitas Muslim Amerika telah sering difitnah pemerintahan Trump, dan yang telah mengalami puluhan tahun ketakutan dan menjadi kambing hitam setelah serangan 9/11, kebangkitan Daesh (ISIS), dan industri Islamofobia yang berkembang pesat biayanya mencapai ratusan juta dolar. 

Namun kepresidenan Trump tampaknya telah membangkitkan komunitas Muslim Amerika. Mereka semakin terlibat secara politik dan semakin terlihat dalam budaya populer. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement