REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Tim astronom di Universitas Hawaii di Mānoa Institute for Astronomy (IfA) membuat katalog pencitraan astronomi tiga dimensi terbesar di dunia. Katalog terdiri atas bintang, galaksi, dan quasar.
Tim menggunakan data dari UH’s Panoramic Survey Telescope and Rapid Response System or Pan-STARRS1 (PS1) di Haleakalā. Survei PS1 adalah survei optik multiwarna terbesar di dunia, yang mencakup tiga perempat langit.
Para astronom IfA menerapkan alat komputasi baru ke dalam katalog, untuk menguraikan manakah dari 3 miliar objek tersebut yang merupakan bintang, galaksi, atau quasar. Untuk galaksi, perangkat lunak juga mendapatkan perkiraan jaraknya.
Katalog 3D yang dihasilkan sekarang tersedia sebagai produk sains tingkat tinggi melalui Mikulski Archive for Space Telescopes. Ukurannya sekitar 300 GB.
Membuat katalog 3D
Para astronom mengambil pengukuran spektroskopi yang tersedia untuk umum yang memberikan klasifikasi dan jarak objek definitif serta memasukkannya ke algoritma kecerdasan buatan. Proses AI adalah kunci dalam membantu tim menemukan cara menentukan properti yang sama secara akurat dari berbagai ukuran warna dan ukuran objek.
Pendekatan AI atau Machine Learning dengan feedforward neural network mencapai akurasi klasifikasi keseluruhan sebesar 98,1 persen untuk galaksi, 97,8 persen untuk bintang dan 96,6 persen untuk quasar. Perkiraan jarak galaksi akurat hingga hampir 3 persen.
Penulis utama studi Robert Beck, mantan rekan postdoctoral kosmologi di IfA, menjelaskan prosesnya, yaitu memanfaatkan algoritma pengoptimalan canggih.
"Kami memanfaatkan set pelatihan spektroskopi dari hampir 4 juta sumber cahaya untuk mengajarkan jaringan memprediksi jenis sumber dan jarak galaksi, sementara pada saat yang sama mengoreksi kepunahan cahaya oleh debu di Bima Sakti," katanya dilansir dari laman hawaii.edu, Jumat (9/10).
Sebelumnya, peta terbesar alam semesta diciptakan oleh Sloan Digital Sky Survey (SDSS), yang hanya mencakup sepertiga dari langit. Katalog baru menggandakan area yang disurvei, memiliki statistik yang lebih besar dan berisi area spesifik yang terlewatkan oleh SDSS.
Jika seorang astronom dan rekan penulis studi tersebut, István Szapudi, mencatat, versi awal dari katalog ini, yang mencakup area yang jauh lebih kecil, memfasilitasi penemuan kekosongan terbesar di alam semesta. Peta alam semesta yang indah ini memberikan satu contoh bagaimana kekuatan kumpulan data besar Pan-STARRS dapat digandakan dengan teknik kecerdasan buatan dan observasi pelengkap.
"Kami akan menggunakan pembelajaran mesin untuk mengekstrak lebih banyak informasi tentang objek dekat Bumi, Tata Surya, Galaksi dan Alam Semesta kami," kata Pan-STARRS Director dan IfA Associate Astronomer, Ken Chambers.