REPUBLIKA.CO.ID, Berbagai bagian suku cadang kendaraan roda dua yang sudah tak terpakai seperti mur, baut, sekrup, busi, rantai, gir, bearing (laher) dan masih banyak lagi jenisnya, selama ini jamak dipandang sebagai limbah bengkel. Komponen yang sudah tak optimal fungsinya tersebut umumnya baru termanfaatkan, jika ada pemulung atau penadah barang bekas yang berminat membeli dengan nilai ekonomi yang tak seberapa tinggi.
Namun, di tangan Indaryanto (44 tahun), limbah bengkel tersebut tetap bermanfaat dan mampu menghasilkan uang hingga jutaan rupiah. Melalui sentuhan kreativitas, warga Jalan Anjasmoro Tengah VI Nomor 48 Kota Semarang ini mampu ‘menyulap’ limbah bengkel tersebut menjadi beragam kerajinan tangan yang unik dan menarik.
Kepada Republika, pria yang akrab disapa Lilo ini menuturkan, apa yang dilakukannya bermula dari kegemarana dalam mengutak-atik dan menyusun benda apapun menjadi beragam bentuk yang unik. Baginya, benda apapun--yang sudah menjadi sampah dan hanya mengotori lingkungan--bisa dimanfaatkan. Tak hanya limbah bengkel, korek gas bekas, ban bekas, limbah elektronik hingga ranting-ranting kering pun bisa disusun menjadi benda yang menarik dan memiliki nilai seni.
“Banyakkan sampah di sekitar kita dan saya memang ingin membawa pesan, walaupun sampah--jika mau memanfaatkan--bisa menjadi sesuatu yang berharga bagi kita dan lingkungan,” ungkapnya, baru-baru ini.
Kini, pria yang pernah bekerja di bengkal cat mobil tersebut jamak memilih limbah bengkel yang sebagian besar bermaterial logam. Melalui ide kreatifnya, benda ‘rongsokan’ tersebut lalu dirangkai dan direkatkan sedemikian rupa.
Sehingga bisa menjadi karya seni yang unik, seperti replika berbagai karakter robot fantasi, sepeda onthel, sepeda motor Harley Davidson bahkan juga berbagai patung dan miniatur berbagai jenis satwa.
Ratusan karyanya, kini telah dimiliki oleh para kolektor mainan, para penggemar replika robot dan penggemar seni yang unik. Tentu ini menjadi berkah tersendiri, karena limbah tersebut justru menjadi rejeki baginya.
Harganya pun bervariasi, mulai dari kisaran Rp 25.000 hingga Rp 2 juta rupiah, tergantung ukuran serta faktor kerumitannya. “Saya pernah membuat tokoh Gatotkaca dalam versi robot transformer dan laku Rp 2 juta,” tambahnya.
Lilo juga mengaku, tidak pernah sekolah atau kuliah khusus di bidang seni. Namun semua itu merupakan buah dari kegemarannya mengutak- atik sesuatu dan mengembangkan secara otodidak.
Dia juga menceritakan, keseriusannya membuat karya ini dimulainya sejak tahun 2009, kendati jauh sebelumnya sudah banyak melakukan eksperimen dengan mencoba berbagai bahan.
Saat itu dia hanya senang membuat tetapi belum ada niat untuk menjual. “Namun seiring berjalannnya waktu, beberapa karya saya diminati banyak orang dan dihargai dengan uang,” ujarnya.
Kendati begitu, Lilo mengakui, untuk memulai kreativitas tersebut menjadi sebuah usaha dan bisa mendatangkan uang, bukan persoalan yang mudah, karena kendala akses permodalan. “Apalagi saat itu saya sudah berhenti bekerja di bengkel,” katanya.
Namun asa bapak dua anak ini pun membuncah saat ketrampilannya dilirik oleh Pertamina MOR IV, di sebuah kesempatan pameran. Hingga tahun 2016, dia resmi menjadi UMKM mitra binaan Pertamina Marketing Operastion Regional (MOR) IV.
Tak hanya melalui dukungan akses permodalan, dia juga jamak mendapatkan beberapa fasilitas untuk bisa mengikuti berbagai pameran/ expo kerajinan, baik di tingkat Kota Semarang, Jawa Tengah maupun tingkat nasional di Jakarta.
“Dulu, kalau mau pameran mampunya satu stand untuk barengan. Dengan menjadi mitra binaan Pertamina bisa pameran dengan menempati stand sendiri,” ungkapnya.
Setelah empat tahun berjalan, hasil karyanya pun kian dikenal banyak orang. Dia juga sudah memiliki sebuah workshop ‘Lilo Art & Craft’. “Dengan menjadi mitra binaan usaha Pertamina, usaha saya menjadi berkembang,” tegasnya.
Sementara itu, komitmen mendorong kemandirian para pelaku UMKM terus dilakukan Pertamina MOR IV, khususnya kepada mitra binaan di wilayah kerja Jawa Tengah dan DIY. Terlebih, dalam membantu percepata pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Unit Manager Communication & CSR MOR IV, Anna Yudhiastuti mengatakan, periode Januari hingga September 2020 ini, perusahaannya telah menyalurkan bantuan Program Kemitraan BUMN tersebut total dana yang digelontorkan mencapai Rp 19 miliar.
Jumlah tersebut mencakup UMKM 253 UMKM mitra yang ada di Provinsi Jawa Tengah dan DIY. “Nilai tersebut telah melampaui target pencapaian program kemitraan yang dipatok sebesar Rp 18 miliar hingga akhir tahun ini,” tuturnya.
Dalam tiga tahun terakhir, lanjutnya, jumlah mitra binaan yang masih aktif tercatat mencapai 834 pelaku UMKM dari berbagai sector, seperti industri kecil, perdagangan, pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan sektor jasa.
Program Kemitraan BUMN bertujuan untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan mengembangkan pelaku UMKM agar menjadi lebih mandiri dan berdikari secara ekonomi.
Bentuknya berupa pinjaman permodalan usaha hingga maksimal Rp 200 juta. Selain itu, mitra binaan juga mendapatkan benefit berupa pendampingan dan pembinaan dari Pertamina, guna mengawal keberlangsungan program.
Kendati telah melampaui target, lanjutnya, Pertamina akan terus menambah penyaluran dan pendampingan kepada UMKM mitra binaan yang ada di wilayah kerjanya, hingga akhir tahun nanti.
“Karena Peraturan Menteri Peraturan Menteri BUMN PER-02/MBU/04/2020 tanggal 2 April 2020 tentang Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) telah menugaskan BUMN untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional akibat dampak Covid-19,” tandas Anna.