REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam sejarah pada 7 Oktober 1571 silam, menjadi salah satu bentrokan yang paling dahsyat terjadi antara Islam dan Barat.
Pada 1570, Muslim Turki, sebagai Kekaisaran Ottoman menyerbu pulau Siprus. Hal ini mendorong Paus Pius V untuk membentuk Liga Suci dari negara-bangsa Katolik maritim yang dipelopori Kekaisaran Spanyol pada 1571.
"Sebelumnya mereka bisa mencapai dan membebaskan Siprus, Kaum Muslimin merebut benteng terakhirnya di Famagusta melalui pengkhianatan," kata Seorang Penulis, Raymond Ibrahim dilansir dari laman PJMedia pada Jumat (9/10),
Dia mengatakan, setelah menjanjikan para pembela jalan yang aman jika mereka menyerah, komandan Utsmaniyah Ali Pasha telah mengingkari dan melancarkan pembantaian besar-besaran. Pasha dikenal sebagai Muezzinzade. Dia disebut memerintahkan agar hidung dan telinga komandan benteng, Marco Antonio Bragadin, dipotong.
Raymond mengatakan, berita tentang ini dan kekejaman serta penodaan gereja yang sedang berlangsung di Siprus dan Corfu membuat marah Liga Suci saat berlayar ke timur.
Sebuah pertumpahan darah terjadi ketika dua armada yang berlawanan membawa total 600 kapal, dan 140 ribu orang. Keduanya bentrok pada 7 Oktober 1571, di lepas pantai barat Yunani, dekat Lepanto.
Disebutkan pertempuran itu berlangsung selama empat jam, begitu berdarah dan menghebohkan sehingga laut dan api tampak sebagai satu kesatuan.
Kapal-kapal utama armada Sultan Utsmaniyah dan Kristian bertabrakan, dan ditumpangi satu sama lain. Kekacauan terjadi saat pria di mana-mana bergulat, bahkan para laksamana agung terlihat dalam pertempuran, komandan Utsmaniyah Ali Pasha, menembakkan panah dan Laksamana Spanyol, Don Juan mengayunkan pedang dan kapak perang, di masing-masing tangan.
Pada akhirnya disebutkan ada jumlah tak terbatas yang mati. Sementara Don muncul hidup-hidup, akan tetapi Pasha tidak.
Ketika armada Turki tengah melihat kepala Ali di atas tombak di Sultana dan salib tempat bendera Islam pernah berkibar, demoralisasi massal terjadi. Liga Suci kehilangan dua belas galai, dan sepuluh ribu orang, Utsmaniyah kehilangan 230 galai, 117 di antaranya ditangkap oleh orang Eropa, dan tiga puluh ribu orang. "Itu merupakan kemenangan tingkat pertama, dan umat Katolik, Kristen Ortodoks, dan Protestan bersukacita," kata dia.
"Kemenangan ini membuktikan bahwa Turki yang tak kenal lelah, yang pada dekade dan abad sebelumnya telah menaklukkan sebagian besar Eropa Timur, dapat dihentikan," ucap Raymond
Menurut sejarawan militer Paul K. Davis, ini lebih dari kemenangan militer, Lepanto merupakan kemenangan moral. "Selama beberapa dekade, Ottoman Turki telah menakuti Eropa, dan kemenangan Suleiman yang Agung menyebabkan kekhawatiran serius bagi orang Kristen Eropa. Umat Kristen bersukacita atas kemunduran Ottoman ini. Kekuatan mistis Ottoman ternoda secara signifikan oleh pertempuran ini, dan Kristen Eropa berbesar hati".
"Betapapun spektakulernya, bagaimanapun, kekalahan di laut tidak dapat mengguncang apa yang pertama dan terutama kekuatan darat, sehingga lebih dari satu abad kemudian, pada 1683, sekitar 200 ribu Ottoman bersenjata telah menembus sejauh dan mengepung Wina. Tapi itu, belum lagi banyak jihad Turki lainnya hingga saat ini, adalah cerita lain," papar Raymond.