REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Sebuah taman hiburan Jepang telah meluncurkan apa yang diyakini sebagai patung Godzilla seukuran aslinya yang pertama di dunia.
Patung permanen yang dipasang di Pulau Awaji, di luar kota Kobe, ini berukuran 23 meter dan menawarkan pengunjung kesempatan untuk naik mulut Godzilla.
Ukuran raksasa binatang itu adalah salah satu daya tarik terbesarnya. Godzilla awalnya setinggi 50 m tetapi berubah menjadi 120 m di film tahun lalu Godzilla: King of the Monsters.
Seorang penggemar berat dari Taiwan mendokumentasikan perubahan ukuran binatang di layar, dalam gambar yang diterbitkan di majalah Newsweek. Sementara atraksi baru di pulau Awaji lebih kecil dari versi filmnya, itu lebih besar dari perwujudan di luar layar lainnya.
Sebagai perbandingan, kepala Godzilla yang terkenal di Gedung Toho di Tokyo, tingginya hanya sekitar 12m.
"Sejauh yang kami tahu, ini adalah satu-satunya patung Godzilla seukuran aslinya yang pernah dibuat," kata juru bicara Pasona Group, perusahaan yang mengoperasikan Taman Nijigen no Mori, dilansir di BBC, Jumat (9/10).
"Kami ingin para penggemar Godzilla, termasuk mereka yang berada di luar negeri, untuk datang dan menghargai besarnya monster yang hanya mereka ketahui melalui layar film." tambahnya.
Atraksi baru, yang dibuka untuk umum pada hari Sabtu (3/10), menggambarkan Godzilla yang mengaum dengan mulut terbuka lebar dan gigi bergerigi tajam. Setengah dari tubuh binatang itu terkubur di bawah tanah.
Godzilla, yang dianggap sebagai persilangan antara gorila dan paus, telah menjadi ikon budaya pop sejak pertama kali muncul di layar. Godzilla sudah tampil dalam 30 film dan spin-off, video game, dan mainan.
Film Gojira, gabungan dari "gorilla" dan "kujira" (ikan paus) yang disutradarai oleh Ishiro Honda dan dirilis oleh Toho Studio pada November 1954. Film ini menarik 9,6 juta pemirsa pada hari-hari sebelum televisi menjadi umum di rumah-rumah Jepang.
Seiring dengan pertumbuhan basis penggemar global film tersebut, begitu pula reputasinya sebagai metafora bagi masyarakat Jepang pasca-perang dan kecemasannya terhadap senjata nuklir.
Stephen D Sullivan, seorang penulis fantasi, menggambarkan karakter dan film Godzilla sebagai cerminan pengalaman Jepang di akhir Perang Dunia II.
"Mereka mencerminkan kehancuran di luar bayangan, dan perasaan tersembunyi bahwa 'kami membawa ini pada diri kami sendiri' entah bagaimana, bahkan tanpa sengaja," katanya kepada The Huffington Post.