Ahad 11 Oct 2020 06:17 WIB

Maksiat Menyebabkan Kerendahan

Pelaku maksiat bisa mendapatkan kerendahan.

Maksiat Menyebabkan Kerendahan. Foto: Amalan terhindari dari perbuatan maksiat. Ilustrasi
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Maksiat Menyebabkan Kerendahan. Foto: Amalan terhindari dari perbuatan maksiat. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam kitabnya yang berjudul Ad-Da' u wa ad- Dawa' (Terapi Penyakit Hati) menuliskan, di antara dampak maksiat adalah membuat pelakunya berada pada posisi orang-orang rendahan, padahal sebelumnya dia dipersiapkan untuk menempati posisi yang tinggi. Allah menciptakan makhluknya terbagi dalam dua kelompok, mulia dan rendah.

Allah menjadikan 'illiyyiin (tempat yang setinggi-tingginya) sebagai tempat untuk orang-orang yang mulia dan menyediakan asfala saafiliin (tempat yang serendah-rendahnya) untuk orang-orang yang rendah. Dia menjadikan orang-orang yang taat kepada-Nya sebagai orang-orang yang paling mulia (tinggi derajatnya) di dunia dan akhirat. Sebaliknya, Dia menjadikan orang-orang yang durhaka kepada-Nya sebagai serendah-rendah makhluk di dunia dan akhirat. Dia menjadikan kemuliaan bagi kelompok pertama dan kerendahan bagi kelompok kedua.

Baca Juga

Tercantum dalam Musnad Ahmad, dari 'Abdullah bin 'Amr, dari Nabi, beliau bersabda:

بُعِثْتُ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ بِالسَّيْفِ حَتَّى يُعْبَدَ اللَّهُ وَجُعِلَ الذُّلُّ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي

 

“Aku diutus dengan pedang, saat hari Kebangkitan sudah dekat, supaya Allah saja yang disembah. Ditimpakan kehinaan dan kerendahan pada orang yang menentang perintahku."

Menurut Ibnu Qayyim, jika seorang hamba melakukan suatu maksiat, maka dia turun satu derajat lebih rendah. Hal ini berlangsung terus-menerus hingga pelakunya termasuk kelompok orang-orang yang paling rendah.

Demikian pula, jika seorang hamba melakukan ketaatan, maka dia naik satu derajat. Hal ini pun terjadi terus-menerus hingga pelakunya termasuk kelompok orang-orang yang paling tinggi.

Terkadang, dalam kehidupan sehari-hari seorang hamba, terkumpul padanya derajat yang turun dan naik dari sisi yang berbeda-beda. Pelakunya akan digolongkan kepada derajat yang lebih dominan dari keduanya.

Tidaklah orang yang naik seratus derajat dan turun satu derajat sama dengan orang yang berbuat sebaliknya. Namun, terkadang sejumlah orang melakukan suatu kesalah-pahaman yang besar. Dalam sekali jatuh, seorang hamba bisa saja mencapai jarak yang lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat, atau langit dan bumi. Dalam kasus seperti ini, naik seribu derajat pun tidak akan sebanding dengan sekali jatuh yang demikian itu.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement