Ahad 11 Oct 2020 16:36 WIB

Sumber Keracunan Massal Belum Diketahui

Sampel makanan yang diduga penyebab keracunan telah diperiksa ke laboratorium Bandung

Rep: Bayu Adji P/ Red: Andi Nur Aminah
Para pasien korban keracunan massal masih dirawat di ruang kelas SDN Puspasari, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Ahad (11/10).
Foto: Republika/ Bayu Adji P.
Para pasien korban keracunan massal masih dirawat di ruang kelas SDN Puspasari, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Ahad (11/10).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya masih terus menelusuri sumber makanan yang menyebabkan keracunan massal di Kecamatan Mangkubumi. Sampel makanan yang diduga menyebabkan keracunan massal telah diperiksa ke laboratorium di Bandung. 

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangat mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan pasien yang mengalami keracunan, didapatkan bakteri amuba dalam tubuhnya. Namun, untuk memastikannya harus diketahui bahan makan yang terkadung dalam makanan yang dikonsumsi para korban keracunan tersebut. "Untuk sampel makanan sudah kita kirim ke bandung. Hasilnya baru Senin kita ketahui," kata dia, Ahad (11/10).

Baca Juga

Ia menambahkan, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya juga telah melakukan inspeksi ke kesehatan ke tempat sumber keracunan massal itu berasal. Dari hasil pemeriksaan sumber air bersih di lingkungan tersebut didapatkan tak ada kesamaan antara bakteri yang ditemukan dan yang berada di dalam tubuh pasien. 

Karena itu, untuk memastikan sumber makanan yang menjadi penyebab keracunan massal harus menunggu hasil laboratorium. "Jadi hari Seninlah pastinya," kata dia. 

Uus mengatakan, hingga saat ini total korban keracunan massal yang terdata berjumlah 209 orang. Sebanyak 153 orang telah diizinkan pulang dan menjalani rawat jalan. Sementara sisanya, masih harus menjalani perawatan di sejumlah puskesmas, ruang kelas sekolah SDN Puspasari, dan rumah sakit.

Keracunan massal yang terjadi di Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, berawal dari acara ulang tahun anak salah satu warga pada Rabu (7/10). Dari acara itu, warga dibagikan makanan oleh warga yang menggelar acara. Pada malam harinya, warga yang mengonsumsi makanan itu mulai mengalami gejala keracunan. Baru pada Kamis (8/10), korban mulai berdatangan ke sejumlah puskesmas.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement