REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Valtteri Bottas merasa butuh keajaiban untuk bertarung memperebutkan gelar juara dunia Formula Satu (F1) musim ini. Jarak Bottas dengan Lewis Hamilton semakin lebar ketika sang pembalap Finlandia gagal finis di GP Eifel di Sirkuit Nuerburgring, Ahad (11/10).
Bottas tiba di Jerman dengan bekal kemenangan GP Rusia yang diraih dua pekan sebelumnya. Sayang, ia gagal mengulangi kesuksesannya di GP Eifel setelah masalah di power unit memaksanya memarkir mobilnya di garasi lebih awal.
Bottas mengawali balapan dari pole position, namun kesalahannya di Tikungan 1 di lap ke-13 memberi jalan bagi Hamilton untuk memimpin lomba. Bottas melorot ke peringkat tiga setelah Max Verstappen dan melaporkan hilangnya tenaga ketika periode virtual safety car selama lima putaran berikutnya dan kemudian terpaksa menyudahi balapan di pit.
"Ini mengecewakan tentunya, sangat, sangat mengecewakan," kata Bottas seperti dikutip laman resmi Formula 1.
Ia menjelaskan ban terkunci sebelum itu, tapi yakin masih punya peluang untuk juara. Bottas menjalani dua pemberhentian awal karena mengira itu strategi terbaik.
"Namun kemudian datanglah masalah mesin dan saya tidak bisa mempercayainya," kata dia.
Tanpa skor di Jerman berarti Bottas kini berjarak 69 poin di belakang Hamilton, dengan enam balapan tersisa dalam kalender.
"Saya tahu jarak poin dengan Lewis sekarang sangat besar, jadi saya akan benar-benar butuh keajaiban, tapi seperti biasa, tidak ada gunanya menyerah. Saya harus tetap memberikan yang terbaik dan terus mencoba.
Bottas menolak mengibarkan bendera putih dan akan fokus pada setiap balapan berikutnya, dimulai dari Grand Prix Portugal dalam dua pekan mendatang.
"Saya kira itu cara pandang terbaik, tidak ada untungnya sekarang untuk terus-terusan menghitung poin untuk Lewis karena jaraknya cukup besar. Saya hanya perlu memasang target untuk setiap akhir pekan dan kemudian melakukan apa pun untuk meraih itu," kata dia.