Senin 12 Oct 2020 15:33 WIB

Awal Kuartal IV, Serapan Anggaran PEN Belum Capai 50 Persen

Realisasi program PEN ini diperkirakan mencapai 99 sampai 100 persen di akhir tahun.

Rep: Adinda Pryanka / Red: Friska Yolandha
Deretan gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (6/10/2020). Realisasi penyerapan anggaran Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada awal kuartal IV tercatat di angka Rp 331,94 triliun atau 47,75 persen dari total pagu Rp 695,2 triliun.telah mencapai 45,4 persen yaitu sebesar Rp.315,48 triliun dari total pagu Rp.695,2 triliun.
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Deretan gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (6/10/2020). Realisasi penyerapan anggaran Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada awal kuartal IV tercatat di angka Rp 331,94 triliun atau 47,75 persen dari total pagu Rp 695,2 triliun.telah mencapai 45,4 persen yaitu sebesar Rp.315,48 triliun dari total pagu Rp.695,2 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mencatat realisasi anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sampai awal kuartal empat belum mencapai 50 persen. Berdasarkan data Komite Penanganan Covid-19 dan PEN (PC-PEN), realisasinya tercatat di angka Rp 331,94 triliun atau 47,75 persen dari total pagu Rp 695,2 triliun.

Meski belum mencapai setengah dari pagu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis, tingkat penyerapan PEN dapat maksimal sampai akhir tahun. "Realisasi program PEN ini diperkirakan mencapai 99 sampai 100 persen di akhir tahun 2020," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Senin (12/10).

Baca Juga

Salah satu realisasi tertinggi terdapat pada pos perlindungan sosial. Penyerapannya sudah mencapai Rp 159,69 triliun atau 78 persen dari pagu anggaran yang ditetapkan pemerintah, Rp 2039 triliun.

Sampai akhir tahun, Airlangga memproyeksikan, tingkat penyerapannya dapat melebihi 100 persen, yakni hingga Rp 242,1 triliun. Di antaranya untuk Program Keluarga Harapan (PKH) dan bantuan beras senilai Rp 41,5 triliun hingga Bantuan Langsung Tunai Dana Desa sebesar Rp 31 triliun.

Airlangga menjelaskan, pemberian jaring perlindungan sosial ini ditujukan untuk mempertahankan tingkat konsumsi masyarakat yang menjadi kunci utama dalam pertumbuhan ekonomi. "Langkah pertama untuk jaga daya beli masyarakat adalah dengan program perlindungan sosial," kata Airlangga yang juga menjabat sebagai Ketua Komite PC PEN ini.

Dengan berbagai tantangan di tahun ini, Airlangga mengakui, resesi menjadi situasi yang tidak dapat dihindari oleh Indonesia. Situasi serupa juga dialami banyak negara yang menghadapi tantangan sama, yaitu perlambatan aktivitas ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Tapi, Airlangga menyebutkan, Indonesia masih memiliki catatan positif jika merujuk pada data yang disampaikan dalam situs Our World in Data tentang perbandingan Kinerja Ekonomi dan Jumlah Kematian akibat Covid-19 per 1 Juta Penduduk di Berbagai Negara.

Dari data itu, Airlangga mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara yang mampu menekan angka kematian dengan kinerja ekonomi yang relatif lebih baik. Ini dapat menjadi basis pemulihan ekonomi, terutama pada 2021, yang menargetkan pertumbuhan ekonomi berada pada level lima persen. "Yang kita lihat adalah optimisme ini," katanya.

Untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi, Airlangga mengatakan, pemerintah kini fokus dalam pengadaan vaksin. Pemerintah berkomitmen mengamankan 320 juta dosis vaksin yang ditujukan untuk 160 juta masyarakat.

Di sisi lain, pemulihan ekonomi terus dilakukan. Khususnya dengan mendorong pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) melalui program PEN. "Sektor korporasi juga didorong dan tentu reformasi struktural keseluruhan," kata Airlangga.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement