Senin 12 Oct 2020 17:24 WIB

Vaksin Merah Putih Mulai Uji Klinis Awal 2021

Vaksin merah putih dikerjakan oleh enam institusi yang berbeda. 

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Agus Yulianto
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro.
Foto: Republika/Abdurrahman Rabbani
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah optimistis calon vaksin merah putih bisa masuk tahap uji klinis mulai awal 2021 mendatang. Menteri Riset dan Teknologi / Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro, menjelaskan, vaksin merah putih dikerjakan oleh enam institusi yang berbeda. 

Keenam institusi tersebut, yakni Lembaga Eijkman, LIPI, UI, UGM, ITB, dan Unair, menggunakan platform penelitian yang berbeda-beda. Itulah yang membuat time line riset dari masing-masing istitusi juga bisa berbeda. Namun, Bambang yakin, sebagian dari instasi yang menyiapkan vaksin merah putih sudah bisa melakukan uji terhadap hewan pada akhir 2020 ini. 

"Kalau melihat tahapannya diperkirakan kuartal I 2021 sudah ada yang memulai uji klinis ke manusia. Jadi kami masih optimis rencana untuk uji klinis awal 2021 itu on track terutama vaksin yang dikembangkan oleh Lembaga Eijkman dan yang dikembangkan oleh UI," kata Bambang. 

Perlu diketahui, proses pembuatan vaksin mulai dari riset sampai dianggap layak untuk produksi massa ternyata tidak sederhana. Setidaknya ada enam tahapan, dengan masing-masing tahapnya cukup panjang, harus dilalui sebelum akhirnya vaksin Covid-19 bisa diproduksi massal dari disuntikkan kepada masyarakat luas. 

Tahap pertama yang dilakukan adalah penelitian dasar. Pada tahap ini, ilmuwan menelusuri mekanisme potensial berdasarkan ilmu sains biomedis. Setelah dilakukan penelitian, bakal vaksin akan dibuat dalam jumlah terbatas untuk bisa memasuki pre klinis dan uji klinis I, II, dan III. 

Tahap selanjutnya, vaksin masuk tahap uji pre klinis. Dalam tahap ini dilakukan studi sel di laboratorium yakni studi in vitro dan in vivo. Studi dilakukan baik di laboratorium dan hewan. Fungsinya, untuk mengetahui apakah bakal vaksin ini aman diujikan kepada manusia atau tidak. 

Setelah melewati tahap uji pre klinis, maka vaksin akan masuk uji klinis fase I, di mana vaksin akan diberikan ke sekelompok kecil orang untuk melihat respons imun dan kekebalan yang dipicu.

Selanjutnya pada uji klinis fase II, vaksin diberikan kepada ratusan orang sehingga ilmuwan bisa mempelajari lebih lanjut tentang keamanan dan dosis yang tepat. Jumlah sampel yang diujikan minimal 100 sampai 500 sampel. 

Memasuki uji klinis fase III, vaksin diberikan kepada ribuan orang, untuk memastikan keamanannya termasuk efek samping yang jarang terjadi serta keefektifannya. Uji coba ini juga melibatkan kelompok kontrol yang diberi placebo. 

Kelompok kontrol adalah masyarakat yang disuntik tapi tidak dengan vaksin. Melalui proses uji klinis ini ilmuwan dapat mengetahui apakah vaksin akan menimbulkan efek samping atau tidak. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement