REPUBLIKA.CO.ID, Pada 20 Juli 2004, International Herald Tribune menurunkan tulisan Craig S Smith, berjudul Europe fears threat from its converts to Islam.
Artikel itu bercerita tentang dua pemuda Prancis, bernama David dan Jerome yang masuk Islam dan akhirnya ditahan karena tuduhan terlibat jaringan terorisme internasional.
Kasus dua bersaudara itu diangkat sebagai representasi, betapa perlunya masyarakat Eropa mencermati dan waspada terhadap kecenderungan meningkatnya konversi penduduk asli Eropa ke dalam Islam, setelah peristiwa 11 September 2001.
Tahun 2003, dinas rahasia Prancis, memperkirakan, ada sekitar 30 ribu-50 ribu orang Prancis yang masuk Islam. Sebenarnya tidak ada yang terlalu istimewa pada fenomena perpindahan agama di Barat.
Sebab, Kristen sendiri sudah merupakan agama nominal di sana. Banyak orang Barat menjadi ateis, Islam, agnostik, atau memeluk berbagai aliran kepercayaan Timur. Di Amsterdam, sebagai misal, 200 tahun lalu, 99 persen penduduknya beragama Kristen. Sekarang, hanya tersisa sekitar 10 persen saja yang dibaptis dan ke gereja. Sebagian besar mereka sudah tidak terikat lagi dalam agama atau sudah menjadi sekuler.
Di Prancis, yang 95 persen penduduknya tercatat beragama Katolik, hanya 13 persennya saja yang menghadiri kebaktian di gereja seminggu sekali. Pada 1987, di Jerman, menurut laporan Institute for Public Opinian Research, 46 persen penduduknya mengatakan, bahwa "agama sudah tidak diperlukan lagi."
Di Finlandia, yang 97 persen Kristen, hanya 3 persen saja yang pergi ke gereja tiap minggu. Di Norwegia, yang 90 persen Kristen, hanya setengahnya saja yang percaya pada dasar-dasar kepercayaan Kristen. Juga, hanya sekitar 3 persen saja yang rutin ke gereja tiap minggu.
Jadi, agama sebenarnya bukanlah aspek penting dalam peradaban Barat. Tetapi, mereka tetaplah pemeluk Kristen, yang menyimpan memori sejarah "fobia" terhadap Islam, sebagaimana banyak diungkap Abdul Hadi WM. Karena itu, perpindahan agama dari Kristen (nominal) menjadi Islam, menjadi sorotan dan kajian khusus. TV 1 Malaysia, Ramadhan lalu, menurunkan laporan tentang Islam di Eropa.
Sejumlah muallaf diwawancarai. Di antara mereka mengaku mengalami diskriminasi dan pengucilan dari lingkungannya setelah memeluk Islam. Mereka mengaku heran, saat mereka menjadi pemabok, pecandu narkotika, atau pezina, mereka tidak dikucilkan. Tetapi, setelah memeluk Islam, sorotan menimpa mereka. Apalagi, pasca peristiwa 11 September 2001
Sebenarnya, kaum Muslim perlu menelaah dengan cermat karakter peradaban Barat itu sendiri. Sebab, mau tidak mau, suka atau tidak suka, Barat adalah peradaban besar yang kini mendominasi dan menghegemoni umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Dunia Islam tidak lepas dari cengkeraman ini.
Di tengah nada-nada cukup optimis terhadap masa depan peradaban Barat, seperti yang disuarakan Francis Fukuyama, sebenarnya juga semakin banyak ilmuwan yang melihat peradaban Barat sebagai ancaman bagi umat manusia.
Marvin Perry memulai kata pengantar untuk bukunya Western Civilization: a Brief History dengan ungkapan: "Western civilization is a grand but tragic drama." Menurut Perry, peradaban Barat adalah peradaban yang besar, tetapi merupakan drama yang tragis.
Meskipun sukses dalam pengembangan berbagai bidang kehidupan, tetapi kurang berhasil dalam menyelesaikan penyakit sosial dan konflik antar-negara. Sains Barat, meskipun sukses dalam mengembangkan berbagai sarana kehidupan, tetapi sekaligus juga memproduksi senjata pemusnah massal.
Di samping mempromosikan perlindungan hak asasi manusia, Barat pun memproduksi rezim-rezim totaliter yang menindas kebebasan individu dan martabat manusia. Juga, meskipun Barat berkomitmen untuk mempromosikan konsep kesetaraan manusia, namun sekaligus Barat juga melakukan praktik rasisme yang brutal.