REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Seorang laki-laki Muslim Inggris berusia 100 tahun mendapatkan Order of the British Empire (OBE) dalam penghargaan ulang tahun Ratu Elizabeth. Dabirul Islam Choudhury telah mengumpulkan dana untuk bantuan Covid-19 selama Ramadhan lalu.
Selama puasa di bulan Ramadhan lalu, ia berjalan kaki sebanyak 970 putaran di taman seluas 80 meter di London timur. Selama berjalan di bulan puasa itu, ia mendapatkan 420 poundsterling atau 548 ribu dolar AS.
"Saya merasa bangga, mereka menghormati saya atas kerja keras yang telah saya lakukan. Saya berterima kasih kepada semua orang dari lubuk hati saya," kata Choudhury dilansir di The National, Senin (12/10).
Choudhury mengatakan, ia menantang dirinya berjalan 100 putaran pada 26 April lalu. Ia mengaku terinspirasi oleh Kapten Sir Tom Moore yang melakukan hal serupa untuk penggalangan dana.
I'm absolutely delighted that local hero Dabirul Islam Choudhury has been honoured with an OBE. It's great to see his fantastic fundraising effort recognised! pic.twitter.com/lBCuGtxlPE
— Mayor John Biggs (@MayorJohnBiggs) October 10, 2020
Sir Tom dianugerahi gelar kebangsawanan atas prestasinya mengumpulkan lebih dari 28 juta pound untuk amal dengan berjalan di kebunnya menjelang ulang tahunnya yang ke-100. Hal serupa juga dilakukan Choudhury.
Sebanyak 116 ribu pound telah didonasikan ke NHS dan selebihnya dibagi lagi untuk 30 badan amal melalui Family Commitment yang diselenggarakan oleh Channel S, saluran TV untuk komunitas Bangladesh di Inggris Raya.
Dana tersebut didistribusikan kepada para korban virus corona di Inggris dan Bangladesh. Atique Choudhury, putra Choudhury, mengatakan ayahnya akan berbagi kehormatan dengan semua orang yang telah membantunya dalam perjalanannya.
"Di mana kami berasal dari Bangladesh, kami tidak mendapatkan banyak pengakuan atas pekerjaan yang kami lakukan, jadi ini untuk semua orang yang berkontribusi terhadap kesuksesan ayah saya dan semua korban Covid-19," kata Atique.
Choudhury lahir pada 1 Januari 1920, di British Assam, yang akhirnya menjadi bagian dari Pakistan Timur. Kemudian sejak 1971 menjadi Bangladesh. Kemudian ia pindah ke London pada 1957 untuk belajar sastra Inggris di universitas dan akhirnya menetap di St Albans sebagai pemimpin komunitas.