Selasa 13 Oct 2020 06:09 WIB

Ini Kata BMKG Soal Banjir di Garut dan Tasikmalaya

Potensi hujan yang terjadi karena faktor awal musim hujan dan fenomena La Nina.

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Hiru Muhammad
Warga melihat material tanah longsor yang menimbun jalan dan rumah di Kampung Cikidang, Desa Kawitan, Kecamatan Salopa, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (12/10/2020). Curah hujan yang tinggi di Tasikmalaya mengakibatkan satu pabrik kayu dan satu rumah serta jalur alternatif selatan tertimbun tanah longsor sehingga tidak bisa dilalui kendaraan.
Foto: ADENG BUSTOMI/ANTARA
Warga melihat material tanah longsor yang menimbun jalan dan rumah di Kampung Cikidang, Desa Kawitan, Kecamatan Salopa, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (12/10/2020). Curah hujan yang tinggi di Tasikmalaya mengakibatkan satu pabrik kayu dan satu rumah serta jalur alternatif selatan tertimbun tanah longsor sehingga tidak bisa dilalui kendaraan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) Bogor memberikan penjelasan terkait banjir dan longsor di wilayah Garut dan Tasikmalaya, Senin (12/10). Diketahui, hujan deras yang berlangsung sejak Ahad (11/10) hingga Senin (12/10) pagi menyebabkan longsor dan banjir terjadi di sejumlah lokasi di Kabupaten Garut dan Tasikmalaya.

Kepala Stasiun Klimatologi Bogor, Abdul Mutholib mengatakan, berdasarkan pola sebaran angin pada ketinggian 3.000 feet di wilayah Jawa Barat diketahui dilewati oleh daerah belokan dan perlambatan angin. Hal itu katanya mendukung suplai awan hujan di wilayah Jawa Barat. Berdasarkan kondisi musim, pada bulan Oktober beberapa zona musim di sebagian Jawa Barat sudah memasuki musim hujan, diantaranya Kabupaten Garut dan Kabupaten Tasikmalaya.

"Potensi hujan yang terjadi karena faktor awal musim hujan disertai  peningkatan akumulasi hujan akibat Fenomena La-Nina berpotensi menjadi pemicu terjadinya bencana Hidrometeorologis seperti banjir dan tanah longsor," ujarnya melalui keterangan yang diterima, Selasa (13/10).

Ia melanjutkan, kondisi tersebut didukung juga oleh faktor lokal, labilitas udara atmosfer, dan kelembaban udara yang masih basah. Sehingga katanya, menyebabkan terbentuknya awan konvektif dengan jenis Cumulonimbus yang berpotensi terhadap cuaca ekstrim diantaranya hujan lebat yang dapat disertai kilat dan petir, angin kencang pada siang dan sore hingga malam serta dini hari.

"Berdasarkan data curah hujan di sekitar lokasi kejadian telah terjadi, hujan yang cukup merata dengan intensitas lebat, akumulasi curah hujan yang cukup tinggi berpotensi menyebabkan meluapnya sungai dan genangan di beberapa wilayah dataran rendah," katanya.

Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya mencatat dalam satu hari terjadi bencana di 11 kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya. Bencana itu diakibatkan oleh hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi sejak Ahad (11/10). 

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Nuraedidin mengatakan, hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi hampir semalaman menyebabkan bencana longsor dan banjir di 11 kecamatan itu. Menurut dia, saat ini BPBD masih melakukan penanganan di lokasi kejadian. 

Ia mengatakan, satu orang meninggal dunia akibat tertimpa runtuhan material longsor dan sejumlah rumah turut rusak. Sementara itu banjir terjadi di Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Senin (12/10). Banjir akibat luapan Sungai Cipalebuh itu menerjang permukiman warga.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Daris Hilman mengatakan baru menerima informasi awal kejadian bencana di wilayah selatan Garut itu. Namun, relawan bencana di lapangan sudah melakukan penanganan.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement