REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pertemuan khusus para pemegang saham klub-klub Liga Primer Inggris pekan ini, bakal memanas. Ini terkait proyek 'big picture' yang diinisiasi Manchester United dan Liverpool.
Ada kekhawatiran pemilik asing di tim kasta tertinggi di negeri Ratu Elizabeth ingin mencegah ancaman apapun terhadap dominasi mereka. Itu sebagai imbalan membantu para peserta EFL (English Football Club) yang kekurangan uang.
Sebuah sumber menjelaskan kepada Mirror bagaimana para pemilik asing tersebut lebih mengutamakan kepentingan sendiri. Seiring berjalannya waktu.
"Para pemilik asing tersebut, ingin menciptakan monopoli. Mereka bahkan dapat memveto pemilik baru. Jadi jika ada pemilik baru yang kaya seperti Sheikh Mansour datang dan mengancam posisi mereka, maka mereka dapat memvetonya," kata sumber tersebut, dikutip dari Mirror, Selasa (13/10).
Menurut sumber tersebut, Liverpool dan MU dinilai ingin menciptakan monopoli. Dua klub dinlai bakal menarik uang dari klub.
Ketua EFL, Rick Parry menegaskan, tokoh-tokoh kunci di balik rencana proyek 'Big Picture' ini, tidak tergoyahkan. Padahal mereka mendapat perlawanan dari penyelenggara Liga Primer, Pemerintah, dan kelompok penggemar.
Sebelumnya, Liverpool dan MU sepakat menginisiasi proyek ini. Sebuah program untuk menyatukan tim-tim Liga Primer dan EFL. EFL menaungi tiga divisi yakni Championship, League One, dan League Two.
Rencananya proyek ini dimulai pada musim 2022/23. Bakal ada voting dari tim-tim langganan Liga Primer. Terutama pemilik suara dominan antara lain Liverpool, MU, Arsenal, Manchester City, Tottenham Hotspur, dan West Ham United.
Mereka merancang perubahan format di Liga Primer. Semula diikuti 20 klub, menjadi tersisa 18 klub. Kemudian pemberian subsidi untuk tim-tim EFL sebesar 250 juta poundsterling.
Rupanya Liga Primer menolak usulan dua raksasa tersebut. Penyelenggara ingin mempertahankan format lama, sambil terus mencari solusi atas masalah keuangan yang menimpa klub-klub di negeri Ratu Elizabeth.