Selasa 13 Oct 2020 18:09 WIB

Banjarnegara Optimalkan Alat Deteksi Dini Longsor

Saat ini alat tersebut telah dipasang di sejumlah lokasi yang rawan longsor.

Jalan tertutup longsor (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
Jalan tertutup longsor (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara mengoptimalkan penggunaan alat deteksi dini tanah longsor sebagai salah satu upaya mitigasi bencana hidrometeorologi di wilayah setempat.

"Kami terus mengoptimalkan penggunaan alat deteksi dini tanah longsor merk Elwasi buatan personel BPBD kita yang berfungsi untuk mendeteksi dini adanya pergerakan tanah," kata Kepala Pelaksana BPBD Banjarnegara Aris Sudaryanto di Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (13/10).

Baca Juga

Dia juga mengatakan alat Elwasi merupakan singkatan dari eling (ingat), waspada lan (dan) siaga. Pemasangan alat ini merupakan salah satu bentuk upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadi longsoran tanah yang berfungsi untuk mendeteksi pergerakan tanah sejak awal.

Elwasi, kata dia, dilengkapi dengan sirine, selain itu alat tersebut berbentuk kotak yang dilengkapi tiang pancang yang nantinya ditanam ke dalam tanah.

Pada tahun 2019, kata dia, alat tersebut dilombakan dalam ajang kreanova yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan berhasil menjadi juara umum.

Dia mengatakan pada saat ini alat tersebut telah dipasang di sejumlah lokasi yang rawan longsor yang ada di wilayah ini.

Selain itu tim BPBD Banjarnegara, tambah dia, juga telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat di wilayah setempat terkait fungsi alat deteksi dini tersebut.

"Kami juga terus menyosialisasikan fungsi, perawatan alat dan pengarahan kesiapsiagaan kepada masyarakat di wilayah setempat. Dengan demikian diharapkan masyarakat dapat mengetahui tanda-tanda awal pergerakan tanah dan longsor," katanya.

Sementara itu Koordinator bidang bencana geologi Pusat Mitigasi (Pusmit) Universitas Jenderal Soedirman Dr. Indra Permanajati sebelumnya juga mengingatkan pentingnya melakukan upaya mitigasi dan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana hidrometeorologi pada saat pancaroba atau peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.

"Masyarakat perlu mewaspadai bencana hidrometeorologi saat musim peralihan, terutama mereka yang tinggal di lokasi rawan bencana," katanya.

Dia menjelaskan bencana hidrometeorologi adalah bencana yang dipengaruhi oleh fluktuasi keberadaan air yang ada di dalamnya termasuk curah hujan.

Bencana tersebut, tambah dia, dapat meliputi banjir, tanah longsor, angin kencang dan sebagainya yang bisa dipengaruhi oleh perubahan musim.

Dengan demikian, kata dia, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan saat terjadi hujan dengan curah hujan sedang hingga tinggi dengan durasi yang lama.

"Kesiapsiagaan terhadap bencana dan upaya mitigasi bencana harus terus disosialisasikan kepada seluruh masyarakat," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement