REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memprediksi tren penambahan kasus positif Covid-19 akan melonjak dalam dua sampai tiga pekan mendatang. Proyeksi ini berdasarkan fakta adanya ratusan demonstran yang menunjukkan hasil reaktif setelah menjalani rapid test Covid-19. Menurut catatan Satgas Penanganan Covid-19, ada 123 demonstran yang hasil rapid test-nya reaktif, dari total 2.490 orang yang diperiksa.
"Ini cerminan puncak gunung es dari hasil pemeriksaan yang merupakan contoh kecil saja bahwa virus ini dapat menyebar dengan cepat dan luas. Angka ini diprediksi akan meningkat dalam 2-3 minggu ke depan. Karena peluang penularan covid dari demonstran yang positif ke demonstran lainnya," ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam keterangan pers, Selasa (13/10).
Pemeriksaan dengan metode rapid test memang dilakukan terhadap seluruh peserta unjuk rasa, baik dari kelompok mahasiswa dan buruh, yang diamankan pihak kepolisian. Hasilnya, 21 orang dari 253 demonstran dinyatakan reaktif Covid-19 di Sumatra Utara, 34 orang dari 1.192 demonstran dinyatakan reaktif di DKI Jakarta, dan 24 dari 650 demonstran reaktif di Jawa Timur.
Kemudian, 30 orang dari 261 demonstran yang diamankan dinyatakan reaktif Covid-19 di Sulsel, 13 orang dari 39 demonstran reaktif di Jawa Barat, 1 dari 95 demonstran yang diamankan kepolisian dinyatakan reaktif di DI Yogyakarta.
"Sebagai antisipasi aksi lanjutan, kami imbau agar pihak universitas yang ikuti kegiatan tersebut untuk melakukan identifikasi serta testing," ujar Wiku.
Pihak kampus diminta membantu mahasiswa yang menjalani tes Covid-19. Bila diketahui hasilnya reaktif atau positif, pihak universitas juga diminta segera melakukan tracing atau penelusuran untuk mengecek siapa saja yang sempat melakukan kontak.
"Sediakan juga lokasi isolasi bagi mahasiswa yang terindikasi reaktif atau positif," ujar Wiku.
Seperti diketahui, gelombang aksi unjuk rasa menolak pengesahan UU Cipta Kerja berlangsung sejak Senin (5/10) lalu. Puncaknya, demonstrasi berujung ricuh di berbagai daerah di Indonesia. Pantauan di lapangan pun menunjukkan bahwa banyak massa aksi di lapangan yang mengabaikan protokol kesehatan, terutama menjaga jarak dan mengenakan masker.