Selasa 13 Oct 2020 18:23 WIB

50 Ribu Ton Garam Petambak di Jabar Belum Terserap

Harga garam petambak saat ini berada dikisaran Rp 250 per kg.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Petani memeriksa kolam garam yang menggunakan plastik tunel di Luwunggesik, Krangkeng, Indramayu, Jawa Barat. Petani garam mengaku mengalami kerugian akibat harga garam yang turun drastis mencapai Rp 200 per kilogram sehingga tidak menutup biaya produksi.
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Petani memeriksa kolam garam yang menggunakan plastik tunel di Luwunggesik, Krangkeng, Indramayu, Jawa Barat. Petani garam mengaku mengalami kerugian akibat harga garam yang turun drastis mencapai Rp 200 per kilogram sehingga tidak menutup biaya produksi.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Sedikitnya 50 ribu ton garam produksi petambak di Jabar hingga kini belum terserap. Pemerintah diminta untuk membantu peningkatan kualitas garam petambak dengan penerapan geo membran.

"50 ribu ton garam petambak yang belum terserap itu merupakan sisa produksi 2019 kemarin," ujar Ketua Asosiasi Petani Garam (Apgasi) Jawa Barat, M Taufik, kepada Republika, Selasa (13/10).

Taufik menyebutkan, pada 2019 lalu, produksi garam petambak di Jabar mencapai sekitar 300 ribu ton. Jumlah itu terhitung tinggi menyusul musim kemarau panjang yang terjadi pada tahun lalu.

Taufik mengakui, tingginya produksi garam itu tak diimbangi dengan kualitasnya. Menurutnya, kualitas garam petambak memang kurang, sehingga kalah bersaing. Apalagi, tata niaga garam dikuasai oleh para bakul yang ingin mencari keuntungan.