REPUBLIKA.CO.ID, KUALALUMPUR -- Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi memperingatkan kerja sama strategis Amerika Serikat (AS), Jepang, India dan Australia dapat membahayakan keamanan di kawasan. Wang menyebut kerja sama Quadrilateral itu sebagai 'NATO Indo-Pasifik'.
Hal ini ia sampaikan usai bertemu dengan Menteri Luar Negeri Malaysia Hishammuddin Hussein di Kuala Lumpur dalam turnya keliling negara-negara Asia Tenggara. Kedua menteri luar negeri mengulas berhasilnya kerja sama bilateral kedua negara.
Mereka juga mengungkapkan rencana membentuk komite yang akan mengarahkan kerja sama kedua negara dalam mengatasi pandemi Covid-19. Beijing memasukan Malaysia sebagai 'penerima prioritas' empat vaksin virus Corona yang sedang dikembangkan China.
"Kami (China dan Malaysia) memandang Laut China Selatan harusnya tidak menjadi medan perebutan kekuatan besar dengan kapal perang," kata Wang, Selasa (13/10).
"China dan ASEAN memiliki kapasitas penuh dan kebijaksanaan, serta tanggung jawab untuk menjaga perdamaian dan ketenteraman di Laut Cina Selatan," tambahnya.
Hishammuddin mengatakan sengketa di Laut Cina Selatan harus diselesaikan dengan cara damai melalui dialog regional. China yang bertahun-tahun mengklaim Laut Cina Selatan, melakukan latihan militer di perairan tersebut baru-baru ini.
Washington menuduh China sedang membangun 'kerajaan maritim' di wilayah tersebut. Wang menggambarkan strategi AS di Indo-Pasifik 'membahayakan' Asia Timur.
"Apa yang dikejar adalah meneriakan mentalitas perang dingin yang sudah kuno dan memulai kembali konfrontasi dengan blok dan kelompok yang berbeda, dan memicu persaingan geopolitik," kata Wang.
"Saya yakin semua pihak dapat melihat ini dengan jelas dan akan tetap waspada terhadapnya," tambahnya.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan Washington ingin Asia 'yang bebas dan terbuka'. Bukan kawasan yang dikuasai oleh satu negara tertentu.
Dalam pertemuan ini Hishammuddin mengatakan China berkomitmen membeli 1,7 ton minyak sawit Malaysia hingga 2023. Beijing juga berjanji untuk meningkatkan pengiriman minyak sawit yang diproduksi secara berkelanjutan.