Selasa 13 Oct 2020 21:24 WIB

Partai Islamis Pakistan Dapat Angin Segar di Era Khan?

Partai Islamis kanan mencoba untuk bangkit di pangung politik Pakistan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Bendera Pakistan
Bendera Pakistan

REPUBLIKA.CO.ID, Mihir Sharma menulis sebuah artikel tentang Pakistan dan kelompok Islamis yang dimuat di Deccan Herald pada 12 Oktober. Dalam artikel tersebut dia menyampaikan bahwa di seluruh Asia, populis, dan otoriter telah memanfaatkan pandemi untuk mengejar lawan politik mereka.

Pekan lalu, oposisi Pakistan yang sudah lemah mendapat pukulan lebih jauh. Misalnya pada kasus yang diajukan terhadap mantan perdana menteri dan kritik keras militer, Nawaz Sharif karena perbuatannya melakukan penghasutan. Pada kasus yang lain, mantan presiden Asif Ali Zardari secara resmi didakwa melakukan korupsi.

Baca Juga

Sharif dan Zardari memimpin partai yang berbeda dan merupakan antagonis lama. Semua yang mereka miliki adalah sekarang menjadi sekutu tentatif dan tidak percaya terhadap pemerintah Perdana Menteri Imran Khan yang didukung tentara. Tidak sulit untuk melihat mengapa negara Pakistan meningkatkan serangannya terhadap oposisi.

Zardari, Sharif, dan ulama-politisi Islam Fazlur Rehman, baru-baru ini meluncurkan gerakan bersama untuk menggulingkan pemerintah. Di pengasingan di London, Sharif telah menyampaikan serangkaian pidato yang tidak terkendali di mana dia menuduh militer sebagai "negara di belakang negara", yang memanipulasi pemilihan 2018 hingga membawa Khan ke tampuk kekuasaan. Tampaknya ini menjadi pukulan terakhir bagi pembentukan militer Pakistan.

Kasus penghasutan tidak hanya menyasar Sharif, tetapi juga pada putrinya dan pewaris Maryam, serta 44 pemimpin Liga Muslim Pakistan lainnya. Saudara laki-laki Sharif, Shahbaz, yang baru-baru ini menjadi menteri utama di Provinsi Punjab yang padat penduduk di Pakistan, juga telah ditangkap. Tak lama kemudian, pengatur media Pakistan melarang pidato atau wawancara dengan "buronan", yang jelas-jelas dimaksudkan untuk mencegah penyiaran ulang pidato Sharif atau yang sejenisnya.

Beberapa orang, termasuk menteri dari partai Khan, mengatakan bahwa kritik terhadap militer di Pakistan tidak konstitusional. Tanggapan Imran Khan sendiri adalah dengan mengklaim bahwa Sharif, yang tiga kali menjabat perdana menteri Pakistan, adalah agen pemerintah India. Militer Pakistan memiliki pendirian kuat atas kasus ini.

Sebagian besar pilihannya dalam tiga atau empat tahun terakhir adalah pilihan yang buruk. Pertama, diputuskan untuk menopang Khan dan partainya. Hal itu ditunjukkan oleh analis keamanan Pakistan Ayesha Siddiqa, bahwa pemerintah Khan telah gagal dalam setidaknya dua hal yang penting bagi pendukung berseragamnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement